Model-Model
Pengembangan Kurikulum
Sebagai pelaku pendidik guru
dituntut untuk mengetahui dan memahami tentang kurikulum, karena pemahaman guru
tentang kurikulum merupakan salah satu unsur kompetensi pedagogik yang harus
dimiliki oleh guru. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang salah satu adalah kemampuan dalam
pengembangan kurikulum. Pada tahun 2006 pemerintah menetapkan pemberlakuan
tentang kurikulum baru yaitu dari KBK menjadi KTSP. Kurikulum ini merupakan
inovasi baru dalam dunia pendidikan Indonesia, karena adanya KTSP guru dituntut
kemampuannya dalam menyusun kurikulum sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
sekolah yang lebih dikenal dengan sistem Desentralisasi. Tetapi pada kenyataan
dilapangan SDM guru kurang untuk menjabarkan KTSP, hal ini disebabkan karena
masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik konsep,
penyusunan maupun praktek dilapangan. Padahal dalam KTSP guru dituntut dapat
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan yang ada, oleh karena itu guru
harus memahami terlebih dahulu konsep-konsep kurikulum terutama dalam pengembangan
model-model kurikulum karena model-model pengembangan kurikulum memegang
peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum.
Atas dasar diatas maka makalah ini membahas tentang beberapa model pengembangan
kurikulum sebagai sumbangan pemikiran pengetahuan dalam proses mengembangkan
kurikulum, khususnya bagi yang berkepentingan dalam mendalami model-model
tersebut.
Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata,
Pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru
(curriculum construction) bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada
(curriculum improvement). Sedangkan Model menurut Good dan Travers adalah
abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk
naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Rivett (1972)
menyatakan bahwa model adalah hubungan sebuah logika secara, salah satunya
kualitatif atau kuantitatif, yang memberikan relevansi pada masa mendatang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pengembangan Model Kurikulum adalah suatu sistem
dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang dalam penyusunan
kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada yang
memberikan relevansi pada masa mendatang. Nadler mengatakan bahwa model yang
baik adalah model yang dapat menolong sipenggguna untuk mengerti dan memahami
suatu proses yang mendasar dan menyeluruh.
Model-Model Pengembangan Kurikulum
Berdasarkan perkembangan para ahli
kurikulum, dewasa ini telah banyak menyajikan model-model pengembangan
kurikulum. Dimana setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari
keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan
pengembangannya sesuai dengan pendekatannya. Dalam makalah ini hanya beberapa
model yang disajikan, dan guru dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan.
Model-model pengembangan kurikulum dari berbagai pendapat antara lain adalah:
1. Model Oliva
Menurut Oliva suatu model kurikulum haruslah simpel, komprehensif dan sistematik.
Meskipun model ini menggambarkan beberapa proses yang berasumsi pada model
sederhana tetapi model ini terdiri dari duabelas komponen yang saling terkait
satu dengan yang lain. Keduabelas komponen ini menggambarkan langkah-langkah
pengembangan kurikulum yang komprehensif. Model ini terdiri dari tiga tahap
yaitu pada komponen I-IV dan VI-IX adalah tahap perencanaan, komponen V adalah
tahap perencanaan dan operasional, dan kompenen X-XII adalah tahap operasional.
Wina Sanjaya meringkaskan model ini seperti pada gambar:
2. Model Murray Print
Menurut Murray Print ada dua bentuk dasar dalam model pengembangan kurikulum
yaitu rasional dan dinamis. Model yang rasional biasanya berbentuk urutan yang
kaku dan tidak berubah dalam menjelaskan proses kurikulum yang dimulai dari
tujuan, isi, metode dan evaluasi. Sedangkan yang dinamis lebih melihat proses
kurikulum sebagai sesuatu yang fleksibel, interaktif dan dapat dimodifikasi. Model
ini terdiri dari tiga tahap yaitu pengorganisasian, perkembangan dan aplikasi.
Seperti pada gambar:
3. Model Tyler
Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk pengembangan kurikulum
yaitu: pertama berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, kedua
berhubungan dengan pengalaman belajar, ketiga pengorganisasian pengalaman
belajar, keempat berhubungan dengan evaluasi. Model ini digambarkan sebagai
berikut:
4. Model Beauchamp’s
Model ini lebih dikenal dengan sistem Beauchamp’s, karena memang diciptakan dan
dikembangkan oleh Beauchamp yang seorang ahli kurikulum. Dalam model ini
dikemukakan lima tahap dalam pengembangan kurikulum, yaitu menetapkan arena
atau lingkup wilayah yang akan melakukan perubahan kurikulum, menetapkan
personalia yang terlibat dalam pengembangan kurikulum dan hal ini disarankan
oleh Beauchamp agar melibatkan seluas-luasnya para tokoh dimasyarakat,
organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum, implementasi kurikulum, dan
evaluasi kurikulum.
5. Model Wheeler
Model pengembangan kurikulum ini bentuknya melingkar, dan proses
pengembangannnya terjadi secara terus menerus. Dalam model ini terdapat lima
tahap dimana setiap tahapnya merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya. Jadi
jika tahap pertama belum selesai maka tahap kedua tak dapat dilakukan, begitu
juga seterusnya. Tetapi jika semua tahap telah selesai dikerjakan maka akan
kembali lagi ketahap awal, sehingga model pengembangan ini membentuk siklus.
Jadi komponen-komponen pengembangannya saling bergantung satu dengan yang lain.
Model ini dimulai dengan tahap menentukan tujuan umum dan khusus, menentukan
pengalaman belajar yang dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang
dirumuskan dalam langkah pertama, menentukan isi atau materi pembelajaran
sesuai dengan pengalaman belajar, mengorganisasikan atau menyatukan pengalaman
belajar dengan isi atau metri belajar, melakukan evaluasi setiap fase
pengembangan dan pencapaian tujuan. Hal ini dapat digambar seperti:
6. Model Nicholls
Howard Nicholls menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri
atas elemen-elemen kurikulum yang berbentuk siklus dan model ini menggunakan
pendektan seperti model Wheeler. Model ini digunakan apabila ingin menyusun
kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi. Ada lima
langkah dalam pengembangan model ini yaitu: analisis situasi, menentukan tujuan
khusus, menentukan dan mengorganisasikan isi pelajaran, menentukan dan mengorganisasikan
metode, dan evaluasi
.
7. Model Dinamik
Model ini dikembangkan oleh Walker dan Skilbeck, model ini tidak mengikuti pola
urutan (sequence) tertentu. Model Dinamik adalah model pengembangan kurikulum
pada level sekolah. Menurut Walker ada tiga tahap dalam model ini yaitu
pernyataan flatform melalui gagasan, preferensi, sudut pandang, keyakinan dan
nilai; Deliberasi atau pertimbangan mendalam, yang merupakan sekumpulan
interaksi kompleks dan acak yang pada akhirnya mencapai suatu jumlah karya
latar belakang sebelum kurikulum didesain, pengembang kurikulum mengambil
keputusan-keputusan mengenai berbagai komponen proses (unsur kurikulum).
Sedangkan menurut Skilbeck model dinamik ini diperuntukkan untuk guru yang
ingin mengembangkan kurikulum, untuk itu guru perlu mengetahui lima tahapan
dalam model ini, yaitu menganalisis situasi, memformulasikan tujuan, menyusun
program, interpreatasi dan implementasi, dan monitoring, feedback, penilaian
dan rekonstruksi. Seperti pada gambar:
8. Model
Electik Zais
Model ini dikembangkan oleh Robert S.Zais, yang terdiri dari komponen kurikulum
dan landasan kurikulum yang cukup kuat mempengaruhi hakekat dan desain kurikulum.
Landasan ini berhubungan dengan perencanaan yang dibutuhkan dalam
mempertimbangkan pengembangan kurikulum. Model elektik Zais digambarkan
seperti:
9. Model Taba
Berbeda dengan yang dikembangkan oleh Tyler, model ini lebih menitikberatkan
kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan
penyempurnaan. Model ini bersifat induktif yang merupakan inversi atau arah
balik dari model tradisional, sehingga model ini dapat mendorong inovasi dan
kreativitas guru-guru. Dalam model ini terdapat lima langkah yang merupakan
model pengembangan kurikulum terbalik, yaitu:
a. Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah:
mendiagnosa kebutuhan, memformulasikan kebutuhan, memilih isi, mengorganisasi
isi, memilih pengalaman belajar, mengorganisasi pengalaman belajar, menentukan
alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa.
b. Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan
validitas dan kelayakan penggunaannya.
c. Merevisi dan mengonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang
diperoleh dalam uji coba.
d. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum.
e. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji
.
. Fungsi Model Pengembangan
Kurikulum Bagi Guru
Menurut pendapat Oemar Hamalik Pengembangan
kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan
untuk membawa siswa ke arah peubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai
hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Sedangkan
kesempatan belajar yang dimaksud adalah hubungan yang telah direncanakan dan
terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan lingkungan dimana
belajar yang diinginkan diharapkan terjadi. Ini terjadi bahwa semua kesempatan
belajar direncanakan oleh guru, bagi para siswa sesungguhnya adalah ”kurikulum
itu sendiri”. Oleh karena itu dalam memahami pengembangan kurikulum dengan lebih
baik lagi guru dapat terlebih dahulu mempelajari model-model pengembangan
kurikulum agar lebih mudah mempelajari
bagaimana cara mengembangkan kurikulum tersebut. Menurut Nadler model yang
baik adalah model yang dapat menolong sipengguna untuk mengerti dan memahami
suatu proses secara mendasar dan menyuluruh. Hal ini berarti model pengembangan
kurikulum yang baik adalah model yang dapat membantu para pengembang kurikulum dalam mengembangkan kurikulum
dilapangan. Berkenaan dengan model-model pengembangan kurikulum, maka
fungsi model pengembangan kurikulum bagi guru adalah:
1. Sebagai pedoman bagi guru untuk memilih model pengembangan yang sesuai
dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum di lapangan.
2. Sebagai bahan pengetahuan untuk melihat lahirnya bagaimana sebuah kurikulum
tercipta dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan di lapangan, yang mungkin
selama ini guru hanya mengetahui bahwa kurikulum itu sebagai sesuatu yang siap
saji., padahal melalui proses yang panjang sesuai dengan model mana yang
dipilih oleh pengembang kurikulum atau pengambil kebijaksanaan.
3. Sebagai bahan untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan visi, misi,
karakteristik, dan sesuai dengan pengalaman belajar yang diharapkan atau
dibutuhkan oleh siswa.
4. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang merupakan bagian tugas
profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya
sebagai guru.
5. Sebagai bahan untuk melihat perbandingan dan keberhasilan tentang model
pengembangaan kurikulum yang digunakan suatu sekolah, yang nantinya diharapkan
untuk memperbaiki kurikulum yang dilaksanakan