Tak
tau harus mulai darimana, entah karena inspirasi yang tertekan
keadaan atau entah memang karena keinginan untuk menulis. Walau hanya tertumpu pada 6 hari, Kisah ini
tertulis dan meluncur sangat deras, tak
bisa berhenti, terhenti maupun dihentikan.
25
desember 2012,
Hari
ini perkuliahan di semester ganjil berakhir, satu setengah tahun masaku di
perkuliahan berlalu begitu saja. Kutatap lekat langit langit kamar kos,
terkenang kisah amburadul yang merangkai satu setengah tahun yang lalu. Yang
kadang terisi dengan semangat yang terlalu menggebu, kadang bad mood yang tak
menentu, sesekali semangat nasionalis dibubuhi perjuangan demi umat dan bangsa
ikut mewarnai. Kadang rasa bosan dan jenuh terhadap mereka merekapun
menghantui. Rasa harus bertahan mengingat orangtua juga terasa, cerita cinta
dan persahabatan tak akan luput dan kadang kebahagiaan untuk bisa diingat dan
diperhatikan seseorang sangat menyenangkan sekaligus menyakitkan bila
diacuhkan. ah, terlalu banyak kata kadang…. Tapi itu lah yang melukis hidupku
selama satu setengah tahun ini. Mengenang mengikuti arus membuatku terlelap
sejenak.
13:
00 WIB bersiap pulang kampung.
26
desember 2012
Adzan
subuh membangunkan tidurku. Menyuruh untuk bergegas bangun. Kriuk kriuk badanku
sangat melegakan, seakan tidur malam tadi dapat membayar letihnya berada 3 jam
dalam bus ditambah macet yang berbonus gerimis.
Kala senja menghampiri,
Kucoba
melihat inbox ponselku, hanya ada satu nama yang dominan. Sesesorang yang
kukenal dan bersahabat denganku 3 tahun yang lalu. Dan 4 bulan terakhir hampir
mulai tinggal dihatiku, namun statusnya masih terombang ambing tak jelas dalam
hidupku. Akupun mulai sering untuk memikirkannya, tanpa disengaja dan itu hadir
begitu saja. Beberapa alasan aku tak suka orang seperti dia namun tak ada
alasan untuk tidak memerima dan melihat tulus keberadaannya.
Orang
yang tak pernah sakit hati jika aku meremehkan sekaligus mempermalukannya.
Orang yang selalu mengerti bagaimana aku bersikap, memahami apa yang terucap
bukan apa yang akan diucapkan. Orang yang datang saat aku butuh walau hanya
untuk mendengar. Orang yang bersedia menjemputku dimalam gerimis yang berakhir
hujan. Dan satu satunya orang yang membelaku saat mereka yang tak suka aku
menjatuhkankan aku terlalu dalam. Kadar yang mencukupi sebagai boyfriend,
melebihi teman dan rasa ini nyata. terlihat sepi ditengah keramaian. Sungguh
membingungkan. Tapi ini takdir yang tertulis untukku di penghujung tahun ini.
27
desember 2012
Sungguh
membingungkan apa yang aku rasakan. Selalu berkata tidak namun hati memberi
sedikit ruang. Kurasa kisah ini beralur sama dengan drama korea yang sedang kutonton. Namun
sebuah pertanyaan hadir “akankah endinnya menyenangkan seperti yang
ada dalam film tersebut ?”.
Uuhhh,,
Fivety
fivety aja la, biar takdir ini mengalir apa adanya.
28
desember 2012
“Walau
aku sebut namamu, kamu tidak akan mendengarnya.
Dan
jika kubilang bahwa aku hanya ingin kamu, hanya punya kamu.
Kamu
tidak akan tau”. [ terjemahan salah satu soundtrack
drama korea]
Aku
masih tidak dapat memahami cinta,
Jadi
aku tidak bisa mendekat
Tapi
mengapa hatiku yang bodoh selalu berdebar ?
Kenapa liriknya begitu menyentuh ?
haruskah berpikir ulang untuk tidak memikirkannya ?
29 desember 2012
“Cinta itu adalah perasaan yang
mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari
langit, bersih dan suci. Jika ia jatuh pada tanah yang subur, di sana akan
tumbuh kesucian hati, keikhlasan, setia, budi pekerti yang tinggi dan lain-lain
perangai terpuji.”
_Hamka_
Untuk kesekian kali sesuatu berasa
dalam hidupku. Namun aku selalu mempertimbangkan akhir yang tak manis. Yang
hanya membuatku menangis dan menyesal mengenalnya. Sikapnya kadang membuatku
ragu. Apakah aku hanya sebagai pelarian ?
Mengawali alur kedekatan yang sangat
tidak berjarak,
Dirinya sering mengikat komunikasi
dengan menelpon, membicarakan sesuatu tentang dirinya, aku senang. Tentang
pacarnya. Tentang mantannya. Kulepas kata cemooh dan onggokan muak dari mereka
yang membuatku jengkel, dia terima dan tak marah. Kurasa ini deal. Kami hanya
teman untuk bercerita masa lalu dan masa sekarang namun tak mencangkup masa
depan. Dekat yang terjalin bukan hanya dengan dirinya sendiri dia melibatkan
orang tuanya serta. Hingga kini aku dan orang tuanya cukup mengenal lebih jauh.
Kisah ini beranjak satu level dari
standarnya,
Seorang teman yang benar telah
mengetahui seperti apa aku. Angin yang berhembus membuatnya cukup memahami aku
untuk yang terlihat. Perhatiannya kurasa lebih. Pesan yang masuk setiap saat.
Inbox ku hanya penuh dengan satu nomor. Ku anggap wajar karena dia temanku.
Rangkaian kisah ini berlanjut maju, dia sering datang bertamu ke kos, dan aku
tak punya alasan untuk menolak. Kunikmati saja malam malamku ditemani dia,
walau tema pembicaraan melayang kemana ia suka. Tapi ini mulai membuatku
berbeda. Aku sungguh senang dengan alasan yang tidak logis. Apakkah ini semacam
PDKT atau trik nya ? kusimpan dulu jawabannya.
Kedekatan ini tidak sekedar melalui
media. Dia memperlihatkannya di kampus. Membuat mantannya semakin enggan
melihat keberadaanku. Ini sungguh menyakitkan disatu sisi. Kuakui aku juga
salah, sendi ku melemah, terlena karena tatapan mata bulatnya yang kurasa
menyimpan sesuatu. Yang pada akhirnya mampu menjinakkan kerasnya hatiku.
Berdebar. Dan kurasa ini mulai normal seperti 7 tahun yang lalu.
Kewarasanku melintas gesit,
membuatku sadar ini tak mungkin. Karena aku tak ingin membuat kisah dengannya.
Prinsipku yang tertancap. Sekuat nadi aku mendinginkan rasa itu.
Percuma, usahaku tidak capai target,
Sms yang masuk begitu banyak,
membuatku memberikan secercah toleran padanya, kubalas sms itu. Dan tak
berhenti sebelum aku tertidur. Kekerasan hatiku rasanya tak beralasan. Dan aku
jatuh dalam jurang dilemma. Aku tau dia mantan temanku, aku tau dia playboy,
aku tau dia begitu buruk pada perempuan. Kalau tak suka tinggal putus dan cari
yang baru. Aku tau dia tipe pembosan dan yang kutau dia selalu cerita tentang
pacarnya. Tentang dia memutus dan menjalin dengan perempuan lain. Tentang dia
yang selalu menyakiti. Tentang mamanya yang selalu peduli dan selalu bertanya
padaku. Dan tentang ucapannya yang akan selalu ada untukku, membela dan
mendengarkanku. Aku selalu mengingat itu.
Aku tak pernah tau,
Apakah aku gila,
Apakah ini masih dalam taraf
pertemanan ?
Secara pribadi saat itu aku tak
menyangka, perubahan yang drastis kulukis pada hidupnya. Aku nasehati untuk
tidak menyakiti perempuan. Kusuruh putus dengan pacarnya jika tak cinta.
Sekejap mereka putus. Dia menjomblo kusuruh untuk belajar dengan giat agar
mamanya bangga. Tampak sekali perubahannya dikelas. Saat dia mulai dekat dengan
junior dia enggan memberi tau namun ujung ujungnya dia jadian dan bercerita
lagi padaku. Iming imingnya dia terpaksa menerima karena junior ini
mendesaknya. Sedikit kecewa kusimpan dihati, tapi tak kuperlihatkan karena itu
menyakitkan dan akan sedikit merubah keadaan. Aku malu dan aku menangis karena
aku pernah berharap lebih.
Keberadaan pacar barunya tak memberi
renggang pada hubungan kami, sialnya dia masih bercerita mantannya waktu di SMA,
melirik cewek dari fakultas lain. Aku hanya berusaha menjadi sahabat dan
pendengar yang baik, memberi saran sebagai seorang teman dekat. Disini aku
telah melihat sisi buruk darinya. Mengaku cinta pada seseorang namun dihati
terdapat jejak jejak orang lain yang sulit untuk menghapusnya. Aku tak marah
padanya hanya sedikit kecewa. Mamanya pun bercerita dan bergosip hal yang sama
denganku. Namun pertanyaan mamanya
mengejutkan. Aku hanya tertawa saat mamanya bertanya siapa pacarku. Oh
tuhan.. mama dan anaknya sama saja. Selalu ingin tau dan itu sangat
menyusahkanku.
Hari berlalu, kisah cintanya
berakhir begitu saja dengan junior saat aku memintanya untuk putus. Dia terlalu
tolol, kenapa harus mendengarkan aku yang hanya mengetesnya. Dia mendengarkan
kalau aku menyuruhnya datang segera. Dia mau berjalan dalam gerimis yang
berujung hujan saat aku minta menjemputku malam hari. Dia terlalu bodoh untuk
hal yang kuminta. Dia terlalu memahami
dan peduli untuk tindakan yang kuperbuat. Disini kebingungan menyelimutiku,
rasa itu sudah ada dan mulai mendalam namun aku tau semua keburukannya dan
batinku menolak keberadaannnya, dia hanya sebatas bayangan yang tak kuanggap
namun ada.
Aku masih ingat,
Saat dia mengajakku makan diluar,
sayangnya kutolak mentah mentah. Saat dia menemaniku dengan sms, begadang
dengan setumpuk tugas kuliah. Saat dia perhatian kucemooh semau ku. Saat dia
akan berkata seseuatu yang aneh saat itu pula kualihkan pembicaraan segera. Aku
tau dia jenuh dengan responku. Tapi aku masih ragu untuk membuka jalan pintas
untuknya.
Keegoisanku memang tak terarah, aku
terlihat marah jika dia bercerita cewek
lain. Aku bilang bosan jika berkisar tentang mantannya. Dia selalu bertanya
apakah aku cemburu. Namun aku selalu mengelak dan berusaha cuek. Pernah kubertanya, apakah tidak malu untuk
bercerita hal semacam itu denganku. Sungguh santai dia menjawab tidak. Aku
tidak terima dia ada ruang dengan perempuan lain namun aku belum siap menjadi
satusatunya ruang baginya. Aku tau dia
akan jenuh dengan sikapku.
Benar !
Kedekatan ini hanya sampai pada
tahap ini,
Dia jenuh dan perlahan menjauh.
Membuatku gamang atas
ketidakhadirannya dalam hidupku, sudah terduga sakit hatinya. Namun aku tidak
ada alasan untuk mencegahnya pergi. Sekarang aku yang benar benar bodoh. Tak
mampu mengambil sikap dan menangkap sinyal yang ada. Terasa sekali aku
menyesal, tapi tak kutemukan alasan yang tepat atas tindakan menyesalku.
Mengakui kesalahanku, ku sms dia.
Kadang di balas, kadang tidak. Dan akupun menyerah walau hati ingin Dia tidak
tanggap seperti dulu. Seberapa dalam luka yang tergoreskan olehku dan seberapa
besar yang harus kulunasi agar dia kembali seperti dulu. Apakah dulu
kejujuranku tertutup sesuatu yang tidak bisa dihancurkan ?, hingga kisah yang
tertulis begitu terasa abal abal bagiku.
Aku ingin menyembuhkan luka itu. Aku
ingin memutar waktu hingga detik awal jumpa agar aku bisa menjauh sebelum jauh. Agar aku bisa memudar
sebelum dipudarkan.
Karena ini sangat menyakitkanku
[sepenggal dihari ini aku mengenang
tulus kehadirannya]
30 desember 2012
Hari ini sedikit renaissance mencuat
dalam kalbuku,
Cinta yang ku tau begitu berbeda
dengan apa yang kudengar dari mereka dan dari yang kulihat disana. Aku harus
segera mencapai titik ego yang ideal. Benar, sepahit apapun yang kurasa hidupku
akan terus berjalan. Tidak akan pernah kubiarkan berada dalam ruang halusinasi
dan lingkup intern yang tak tampak.
31 desember 2012
Kurapihkan serakan kertas pembungkus kado yang
tercecer dilantai. Hari ini aku akan kerumahnya, ada acara perayaan sunat
adeknya. Bimbang kumelangkah namun ku tak sanggup menolak undangan mamanya.
Kuajak seorang teman karena ketidaksanggupanku menghadapinya sendiri. Aku
begitu pengecut dan berbetah hati bersembunyi dibalik kegalauanku. Kuhadirkan
secercah memori yang menyemangatiku. Apapun yang akan terjadi nanti akan
menjadi dasar kebijakan pemerintahan dalam istana jiwaku. Keputusan pasti akan
kubuat semenit sebelum 2012 berakhir malam nanti.
_______________
Tiga setengah jam aku dirumahnya, sambutan yang
sangat ramah dari kedua orang tuanya. Terasa begitu akrab namun agak berbeda
dengannya. Hatiku terasa ragu untuk berdetak kencang. Hahahahahaaa… memang aku
tak pernah mengerti tentang cinta dan embel embelnya.
Ikut membantu orang tuanya dalam perayaan ini
tampaknya menimbulkan pertanyaan tersendiri dari kerabatnya. Secara tidak
langsung membuatku gugup, gugup karena perlakuan mamanya yang bersahabat dalam
kunjungan tamunya, namun kegugupan ini seakan
cair karena sifat kekanak kanakannya. Menungguiku membantu, mengambil
gambarku, sifat peduli dan canda sepaket yang plus dengan senggolan sikut
seakan aku ini anak kecil yang sedang diperolokan.
Namun hari ini sesuatu yang ragu ini memang beda.
Aku masih memberi ruang untuk hatiku memutuskan hitam atau putihnya.
Mempelajari apa yang sebenarnya terjadi bukan apa yang kuharapkan terjadi hingga
semenit sebelum 2012 berakhir.
________________
Magrib berlalu, kubaru meninjakkan kaki dirumah.
Pamit dengan orang tuauntuk nginap d rumah teman.
pukul 23: 00 WIB hatiku semakin gundah gulana tak
ada satu pesan yang kuharapkan masuk. Ini sangat berpengaruh pada keputusanku.
95 % sudah berpeluang menyakitkan. Kutunggu jarum jam hingga lewat batas tahun
2012 hingga kutertidur di depan laptop dan handphone.
20 menit masuk 2013, aku terbangun oleh jeritan suara kembang api yang terpaksa dari luar. Sungguh memekakan telinga. Nyaris tak sadar ternyata satu tahun berlalu lagi dengan galau. Aku masih mengharapkan pesan itu masuk inbox ku. Harapan tinggal harapan. Semua sudah jelas. Hanya kepingan kaca kaca hati yang mampu memahami, aku tak ingin terlarut dalam bayang retak impian dan berakhir dengan darah barah. Kuputuskan untuk tidak berharap lebih padanya. Ini janjiku di akhir tahun. Dia hanya seorang teman lama. Yang akan singgah namun tersesat di hati lain, atau dia tersesat menuju hatiku dalam mencari orang lain. Ini sungguh pahit asam dalam memoriku. Aku akan melupakannya. Aku tak ingin terus terluka bergulat dalam hubungan yang tak jelas, kabut itu membuatku lelah.
dengarlah 2013, aku lelah. Aku letih, aku jenuh, aku sakit bila terus menginginkannya, aku akan melupakannya. Tidak ada lagi ruang diantara aku dan dia. Ini janjiku.
2013, aku mohon hapus memoir pedih ini di masa yang akan datang. Aku percaya padamu 2013, karena aku yakin tuhan tidak ingin lagi aku terluka hanya karena seorang sepertinya. Aku percaya padamu 2013 !!
begitu ending yang terjadi dalam dekade tahun ini,
satu minggu merenung, berpikir, memahami dan kini telah kuputuskan seperti yang terurai dalam rangkaian kata yang nyaris tidak sempurna sedikitpun. Namun ini semua hanya semata mata untuk berbagi kisah dengan pembaca. Bahwa tak selamanya masa yang harus dan mesti terlantun dengan indah berjalan begitu mulus, begitu sesuai dengan apa yang diterima orang lain. Setiap pribadi berbeda, dan jalan hidup serta kisah diakhir tahunnya pun akan berbeza pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar