anggota kelompok : widiya trisna/ mega tri wahyuni/ armiati erza/ ayu putriani
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai “Stratifikasi dan Etika
Politik”. Shalawat beserta salam semoga Allah SWT
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan
seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Adapun
penulis membuat makalah ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Sosiologi Politik.
Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita tentang dunia
perpolitikan di Indonesia.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan
serta motivasinya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini
selanjutnya.
Padang,
21 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar................................................................................................................... 1
Daftar
Isi............................................................................................................................ 2
BAB
I : PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang......................................................................................................... 3
B.
Rumusan
Masalah................................................................................................... 3
C.
Tujuan……………………………………………………………………………...4
BAB II : PEMBAHASAN
A.
Pengertian Stratifikasi Politik.................................................................................. 5
B. Bentuk
Stratifikasi Politik…………………………………………………………5
C. Pengertian
Etika Politik……………………………………………………………7
D. Realitas
Etika Politik……………………………………………………………….8
BAB
III : PENUTUP……………………………………………………………………..10
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Menurut Aristoteles,
selama manusia menjadi makhluk sosial (zoon
politicon), selama itu pula kita menemukan politik. Ini berarti dalam
kehidupan bersama, manusia memiliki hubungan yang khusus yang diwarnai oleh
adanya aturan yang mengatur kehidupan itu. Ada kekuasaan dan wewenang yang
dipegang oleh segelintir orang yang sekaligus melahirkan aturan serta aturan
mana yang perlu dipelihara dan aturan mana yang tidak, kemudian menentukan pula
apakah seorang mengikuti aturan yang ada atau tidak, serta menentukan sanksi
serta ganjaran bagi yang mengikuti aturan dan melanggar aturan tersebut.
Kekuasaan adalah
kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi tingkah laku orang
lain atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari si pemilik pengaruh. Dari
kekuasaan itulah, maka muncul kelompok-kelompok yang terbagi dalam lapisan
tertentu di dunia perpolitikan yang dikenal dengan istilah stratifikasi
politik. Seseorang yang memiliki kekuasaan yang luas dalam dunia perpolitikan,
akan digolongkan pada kelompok atas dan begitu pun sebaliknya. Untuk mendapat
pengaruh dan kekuasaan yang luas dalam dunia perpolitikan, maka seseorang harus
mampu menjalin kerjasama dan menambah relasi sebanyak-banyaknya dengan kelompok
kepentingan lainnya. Namun, kembali lagi pada tujuan awal bahwa perpolitikan di
Indonesia tidak terlepas dari tujuan awal untuk memajukan kehidupan bangsa dan
negara. Oleh karena itu, terdapat etika untuk pedoman bertindak dasar yang
dijadikan sebagai fondasi pembentukan dan perjalanan roda pemerintahan yang
biasanya dinyatakan dalam konstitusi negara.
Di dalam makalah ini, terdapat
pembahasan mengenai srtatifikasi politik dan etika politik,yang diharapkan
mampu menambah sedikit banyak pengetahuan kita tentang dunia perpolitikan.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
a. Apa
itu stratifikasi politik ?
b. Bagaimana
bentuk dari stratifikasi politik ?
c. Apa
itu etika politik ?
d. Bagaimana
realitas etika politik tersebut ?
C.
TUJUAN
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan stratifikasi politik
b. Untuk
mengetahui bentuk bentuk dari stratifikasi politik
c. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan etika politik
d. Untuk
mengetahui bagaimana realitas etika politik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Stratifikasi Politik
Politik secara etimologis berasal dari
bahasa yunani yaitu polis yang berarti Negara kota. Orang yang mendiami polis
disebut polities yang berarti warga Negara. Menurut Miriam Budiardjo politik
adalah berbagai macam kegiatan yang terjadi disuatu Negara, yang menyangkut
proses menentukan tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Menurut
David Easton politik adalah semua aktivitas yang mempengaruhi kebijaksanaan dan
cara bagaimana kebijaksanaan itu dilaksanakan. Maka dapat disimpulkan bahwa
politik adalah proses pengambilan keputusan dalam kehidupan bernegara.
Sedangkan Stratifikasi adalah pengelompokan secara hirarki. Sedang kan
stratifikasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokkan masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan sosial secara vertikal (hirarkis).
Jadi
stratifikasi politik adalah pengelompokan kekuasaan (politik) kedalam lapisan
lapisan tertentu secara hirarki.
B.
Bentuk
Stratifikasi Politik
Stratifikasi
politik muncul karena ketidaksamaan kekuasaan yang tidak di punyai oleh
manusia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Minat
pada politik
b. Pengetahuan
dan pengalaman politik
c. Kecakapan
dan sumber daya politik
d. Partisipasi
politik
e. Kedudukan
politik
f. Kekuasaan
politik
Mereka
yang memiliki faktor faktor tersebut lebih berpeluang mempengaruhi pembuatan
kebijakan pemerintah. Sedangkan mereka yang kurang atau tidak memilikinya akan
lebih kecil kemungkinannya mempengaruhi jalannyaurusan pemerintahan.
Menurut Robert D. Putnam stratifikasi
politik, adalah :
1) Strata
1 : Kelompok pembuat keputusan
Adalah
orang orang yang secara langsung terlibat dalam pembuatan kebijakan nasional,
yang umumnya menduduki jabatan resmi
utama.
2) Strata
2 : Kaum pengaruh
Yaitu
individu yang memiliki pengaruh tidak langsung atau implikasi yang kuat. Mereka
adalah orang orang yang dimintai nasehat oleh pembuat keputusan, yang
pendapatnya diperhitungkan oleh sipembuat keputusan. Strata ini terdiri dari
birokrat tinggi, tuan tanah, Industrialisasi, bankir, pemimpin kelompok
kepentingan, konsultan resmi, atau mereka yang membentuk opini massa.
3) Strata
3 : Aktivis
Kelompok
ini adalah warga Negara yang mengambil bagian aktif dalam kehidupan politik dan
pemerintahan. Mereka terdiri dari partai politik, birokrat tinggi menengah,
editor surat kabar lokal, dan para penulis.
4) Strata
4 : Publik peminat politik
Mereka
adalah orang yang mengganggap politik sebagai tontonan yang menarik. Mereka
adalah attentive public yang memiliki
banyak informasi, dapat membentuk pendapatnya sendiri, memiliki wawasan yang
luas dan dapat mendiskusikan dengan baik jalannya permainan tetapi jarang
sekali terjun sendiri ke lapangan.
5) Strata
5 : Kaum pemilih
Adalah
warga Negara yang biasa, yang hanya dapat mempengaruhi kehidupan politik
nasional saat diselanggarakan pemilu. Kaum ini disebut kaum pemilih, yang
memiliki sumber politik kolektif yang penting, yaitu jumlah yang besar tetapi
sebagai individu mereka tidak berpengaruh sama sekali.
6) Strata
6 : Non partisipan
Mereka
adalah orang orang yang menjadi objek politik, bukannya aktor. Secara politik
mereka tidak punya kekuatan sama sekali. Dengan kemauan mereka sendiri mereka
menghindari kehidupan politik atau mungkin diasingkan oleh penguasa politiknya.
C.
Pengertian
Etika Politik
Etika adalah ilmu yang
mempertanyakan tanggung jawab dan kewajiban manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia melakukan semua tindakan sehari-hari yang
menjadi pegangan
Etika
Politik adalah sarana yang diharapkan mampu menciptakan suasana harmonis antar
pelaku dan antar kekuatan sosial politik serta antar kelompok kepentingan
lainnya untuk mencapai sebesar-besar kemajuan bangsa dan negara dengan
mendahulukan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi dan golongan.
Etika politik mutlak diperlukan bagi perkembangan kehidupan politik. Etika
politik merupakan prinsip pedoman dasar yang dijadikan sebagai fondasi
pembentukan dan perjalanan roda pemerintahan yang biasanya dinyatakan dalam
konstitusi negara (Dharma Setywan Salam: 2006).
Di
Indonesia Etika Politik dan Pemerintahan diatur dalam Ketetapan MPR RI No. VI
Tahun 2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa. Dalam Ketetapan tersebut
diuraikan bahwa etika kehidupan berbangsa tidak terkecuali kehidupan berpolitik
merupakan rumusan yang bersumber dari ajaran agama, khususnya yang bersifat
universal, dan nilai-nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam Pancasila
sebagai acuan dasar dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku dalam
kehidupan berbangsa.
Rumusan tentang etika kehidupan berbangsa ini disusun dengan maksud untuk membantu memberikan penyadaran tentang arti penting tegaknya etika dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa.
Rumusan tentang etika kehidupan berbangsa ini disusun dengan maksud untuk membantu memberikan penyadaran tentang arti penting tegaknya etika dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pokok-pokok etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara mengedepankan kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab, menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa.
Dalam
politik ada keindahan dan bukan hanya kekotoran, ada nilai luhur dan bukan
hanya tipu muslihat, ada cita-cita besar yang dipertaruhkan dalam berbagai
langkah kecil, dan bukan hanya kepentingan-kepentingan kecil yang diucapkan
dalam kata-kata besar. Hal-hal inilah yang menyebabkan politik dapat
dilaksanakan dan harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Apabila
kesadaran etika berpolitik sangat rendah maka tantangan yang mungkin kita
hadapi kedepan adalah terjadinya feodalisme maupun kapitalisme dalam politik
Indonesia yang dapat mengakibatkan bahwa kemerdekaan nasional justru memberi
kesempatan kepada para pemimpin politik menjadi raja-raja yang membelenggu
rakyatnya dalam ketergantungan dan keterbelakangan. Tantangan ini harus kita
hadapi dengan penuh kesadaran untuk selalu berjuang menentang feodalisme dan
perjuangan untuk membebaskan diri dari cengkeraman kapitalisme.
D.
Realitas
Etika Politik
Berbicara
mengenai etika berpolitik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kita harus
mengakui bahwa saat ini banyak kalangan elite politik cenderung berpolitik
dengan melalaikan etika kenegarawanan. Banyak sekali kenyataan bahwa mereka
berpolitik dilakukan tanpa rasionalitas, mengedepankan emosi dan kepentingan
kelompok, serta tidak mengutamakan kepentingan berbangsa. Hal ini sangat
menghawatirkan karena bukan hanya terjadi pembunuhan karakter antar pemimpin
nasional dengan memunculkan isu penyerangan pribadi, namun juga politik
kekerasan pun terjadi. Para elite politik yang saat ini cenderung kurang peduli
terhadap terjadinya konflik masyarakat dan tumbuhnya budaya kekerasan. Elite
bisa bersikap seperti itu karena mereka sebagian besar berasal dari partai
politik atau kelompok-kelompok yang berbasis primordial sehingga elite politik
pun cenderung berperilaku yang sama dengan perilaku pendukungnya. Bahkan elite
seperti ini merasa halal untuk membenturkan massa atau menggunakan massa untuk
mendukung langkah politiknya. Elite serta massa yang cenderung berpolitik
dengan mengabaikan etika, mereka tidak sadar bahwa sebenarnya kekuatan yang
berbasis primordial di negeri ini cenderung berimbang. Jika mereka terus
berbenturan, tak akan ada yang menang.
Kurangnya
etika berpolitik sebagaimana prilaku elite di atas merupakan akibat dari
ketiadaan pendidikan politik yang memadai. Bangsa kita tidak banyak mempunyai
guru politik yang baik, yang dapat mengajarkan bagaimana berpolitik tak hanya
memperebutkan kekuasaan, namun dengan penghayatan etika serta moral. Politik
yang mengedepankan take and give, berkonsensus, dan pengorbanan. Selain itu kurangnya
komunikasi politik juga menjadi penyebab lahirnya elite politik seperti ini.
Yaitu elite politik yang tidak mampu menyuarakan kepentingan rakyat, namun juga
menghasilkan orang-orang yang cenderung otoriter, termasuk politik kekerasan
yang semakin berkembang karena perilaku politik dipandu oleh nilai-nilai emosi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kekuasaan
adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi tingkah
laku orang lain atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari si pemilik
pengaruh. Dari kekuasaan itulah, maka muncul kelompok-kelompok yang terbagi
dalam lapisan tertentu di dunia perpolitikan yang dikenal dengan istilah
stratifikasi politik. stratifikasi politik adalah pengelompokan kekuasaan
(politik) kedalam lapisan lapisan tertentu secara hirarkis. Bentuk stratifikasi
politik dipengaruhi oleh Minat pada politik, Pengetahuan dan pengalaman politik,
Kecakapan dan sumber daya politik, Partisipasi politik, Kedudukan politik, Kekuasaan
politik.
Menurut
Robert D. Putnam stratifikasi politik, adalah :
a. Strata
1 : Kelompok pembuat keputusan
b. Strata
2 : Kaum pengaruh
c. Strata
3 : Aktivis
d. Strata
4 : Publik peminat politik
e. Strata
5 : Kaum pemilih
f. Strata
6 : Non partisipan
Etika
politik merupakan prinsip pedoman dasar yang dijadikan sebagai fondasi
pembentukan dan perjalanan roda pemerintahan yang biasanya dinyatakan dalam
konstitusi Negara.
Saat
ini banyak kalangan elite politik cenderung berpolitik dengan melalaikan etika
kenegarawanan. Banyak sekali kenyataan bahwa mereka berpolitik dilakukan tanpa
rasionalitas, mengedepankan emosi dan kepentingan kelompok, serta tidak
mengutamakan kepentingan berbangsa. Hal ini sangat menghawatirkan karena bukan
hanya terjadi pembunuhan karakter antarpemimpin nasional dengan memunculkan isu
penyerangan pribadi, namun juga politik kekerasan pun terjadi. Para elite
politik yang saat ini cenderung kurang peduli terhadap terjadinya konflik
masyarakat dan tumbuhnya budaya kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Aini,
Nurul dan Philipus. 2009. Sosiologi dan
Politik. Jakarta : Rajawali Pers.
Berry,
David. 2003. Pokok Pokok Pikiran Dalam
Sosiologi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar