MAKALAH
STRATEGI PEMBELAJARAN
(Strategi Pembelajaran Afektif)

Kelompok 9
Fitria Wulandari 1101814/ 2011
Widiya Trisna 1101817/2011
Desi Stevani/ 1101818/ 2011
Rika Saputri 1101819/ 2011
Tiara Monika 1101820/ 2011
PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa,atas segala rahmat dan karunia –nya kepada tim penulis sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang beerjudul Strategi Pembelajaran Afektif.Penulis
menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntutan Tuhan
yang maha esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam
kesempatan ini,penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua
pihak yang menbantu dalam pembuatan makalah ini.
Tim penulis menyadari bahwa dalam proses
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik secara materi maupun
penulisannya. Namun demikian,tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang di miliki untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
kritikan dan saran, guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya,penulis berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan
Masalah
BAB
II PEMBAHASAN
A. Hakikat
Pendidikan Nilai dan Sikap
B. Proses
Pembentukan Sikap
C. Model
Strategi Pembelajaran Sikap
D. Kesulitan
dalam Pembelajaran Afktif
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Strategi
pembelajaran afektif merupakan suatu metode dalam proses pembelajaran yang
menekankan pada nilai dan sikap yang diukur, oleh karena itu menyangkut
kesadaran seorang yang tumbuh dari dalam.Nilai merupakan suatu
konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak
berada di dalam dunia yng empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang
tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan
tidak adil, dan sebagainya.dan semua pandangan itu tidak dapat di raba tapi
hanya dapat mengetahuinya dari perilaku yang bersangkutan.
Sedangkan sikap merupakan suatu kemampuan internal
yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih apabila terbuka
berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedia beeberapa
alternative.pernyataan kesenangan dan ketidaksenangan seseorang terhadap objek
yang di hadapinya akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman (aspek
kognitif) terhadap objek tersebut. karena tingkat penalaran (kognitif) terhadap
suatu objek dan kemampuan untuk bertindak terhadap (psikomotor) turut
menentukan sikap seseorang terhadap objek yang bersangkutan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Apa
pengertian nilai dan sikap ?
2. Apa
saja proses pembentukan sikap ?
3. Apa
saja model strategi pembelajaran sikap ?
4. Apa
saja kesulitan dalam pembelajaran afektif ?
C. Tujuan
1. Dapat
mengetahui apa hakikat pendidikan nilai dan sikap
2. Dapat
mengetahui proses pembentukan sikap
3. Dapat
mengetahui model strategi pembelajaran sikap
4. Dapat
mengetahui apa saja kesulitan dalam pembelajaran afektif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Pendidikan Nilai dan Sikap
Strategi
pembelajaran afektif merupakan suatu metode dalam proses pembelajaran yang
menekankan pada nilai dan sikap yang diukur, oleh karena itu menyangkut
kesadaran seorang yang tumbuh dari dalam. Strategi pembelajaran afektif adalah
strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja,
akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya. Afeksi juga
dapat muncul dalam kejadian behavioral yang di akibat dari proses pembelajaran
yang dilakukan oleh guru.
Nilai merupakan nilai pada dasarnya standar
perilaku, ukuran yang menentukan atau kriteria seseorang tentang baik atau
tidak baik, indah atau tidak indah, layak dan tidak layak, dan sebagainya
sehingga standar itu yang yang akan mewarnai perilaku seseorang. Sedangkan
pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman nilai kepada peserta didik yang
diharapkan oleh karenanya siswa dapat berprilaku sesuai dengan pandangan yang
dianggapnya baik dan tidak baik bertentngan dengan norma-norma yang berlaku.
Menurut Douglas Graham (Gulo, 2002) tentang faktor
kepatuhan seseorang terhadap nilai yaitu:
1. Normativist
biasanya kepatuhan pada
norma-norma hukum. Dimana kepatuhan ini terdapat dalam tiga bentuk yaitu:
a) kepatuhan
pada nilai atau norma itu sendiri
b) kepatuhan
pada proses tanpa memedulikan normanya sendiri
c) kepatuhan
pada hasilnya atau tujuan yang di harapkannya dari peraturan itu.
2. Integralist
Kepatuhn yang di
dasarkan pada kesadaran dengan pertimbangan-pertimbangan yang rasional.
3. Fenomenalist
Kepatuhan berdasarkan
suara hati atau sekadar basa basi.
4. Hedonist
Kepatuhan berdasarkan
kepentingan iri sendiri.
Tipe Kepatuhan adalah
a. Otoritarian
Kepatuhan tanpa reserve
atau kepatuhan yang ikut-ikutan.
b. Conformist
Tipe ini mmpunyai tiga
bentuk yaitu:
1. Conformist
Directed, yaitu penyesuaian diri terhadap masyarakat atau orang lain.
2. Conformist
Hedonist, yaitu kepatuhan yang berorientasi pada untung rugi
3. Conformist
Integral, yaitu kepatuhan yang menyesuaikan kepentingan diri sendiri dengan
kepentingan masyarakat.
c. Compulsive
deviant
Kepatuhan yang tidak
konsisten
d. Hedonik
psikopatik
Kepatuhan pada kekayaan
tanpa memperhitungkan kepentingan orang lain.
e. Supramoralist
Kepatuhan karena
keyakinan yang tinggi terhadap nilai-nilai moral.
Nilai bagi seseorang tidaklah statis,
akan tetapi selalu berubah. Apabila seseorang menganggap nilai agama di atas
segalanya, maka nilai-nilai yang lain akan bergantung pada nilai nilai agama
itu. Dengan demikian sikap seseorang sangat tergantung pada system nilai yang
dianggapnya paling benar dan keemudian mengendalikan sikap itu yang akan
mengendalikan perilaku orang tersebut.
Komitmen
seseorang terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalui pembentukan sikap,
yakini kecendrungan seseorang terhadap suatu objek. Jadi bisa dikatakan bahwa
sikap itu adalah kecendrungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek
berdasarkan nilai yang dianggpnya baik atau tidak baik. Dengan demikian,
belajar sikap berarti memperoleh kecendrungan untuk menerima atau menolak
suaatu objek suatu objek berdasarkan penilaina terhadap objek itu sebagai hal
yang positif dan negative. Menurut Winkel, 2004. Sikap adalah suatu kemampuan
internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih apabila
terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedia beeberapa
alternative.
Pada
dasarnya hakekat
strategi pembelajaran afektif adalah proses
penamaan nilai-nilai yang positif pada peserta didik, yang diharapkan pada
peserta didik tersebut mampu berbuat dan mempunyai pandangan yang dianggap
tidak baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku artinya
disini bahwa dalam strategi ini dituntut kesadaran dan kemauan bagi peserta
didik untuk bisa mempunyai kepribadian baik, berprilaku yang sopan danbretindak
sesuai dengan norma yang telah ditetapkan.
Karakteristik STA adalah :
a) Sikap
Sikap adalah kecenderungan seseorang
untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang dianggapnya baik
atau tidak baik. Dengan demikian, belajar sikap berarti memperoleh
kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian
terhadap objek itu sebagai hal yang berguna atau berharga (sikap positif) dan
tidak berharga atau tidak berguna (sikap negatif).
b) Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah
suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang
untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk
tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa
Indonesia, minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk
karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.Penilaian minat dapat
digunakan untuk:
a.
mengetahui minat peserta didik
sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran
b.
mengetahui bakat dan minat peserta
didik yang sebenarnya
c.
pertimbangan penjurusan dan pelayanan
individual peserta didik
d.
menggambarkan keadaan langsung di
lapangan/kelas
e.
mengelompokkan peserta didik yang memiliki
minat sama
f.
acuan dalam menilai kemampuan
peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam
penyampaian materi
g.
mengetahui tingkat minat peserta
didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik
h.
bahan pertimbangan menentukan
program sekolah
i.
meningkatkan motivasi belajar
peserta didik.
c) Konsep diri
Menurut Smith, konsep diri adalah
evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang
dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah
afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi
seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya
bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai
tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut :
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut :
ü Pendidik
mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
ü Peserta
didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
ü Pernyataan
yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya
ü Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian
kegiatan peserta didik.
ü Peserta
didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran
ü Dapat
digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta
didik.
ü Peserta
didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
ü Peserta
didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
ü Melatih
kejujuran dan kemandirian peserta didik.
ü Peserta
didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
ü Peserta
didik memahami kemampuan dirinya.
ü Pendidik
memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
ü Mempermudah
pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi
pembelajaran yang dilakukan.
ü Peserta
didik belajar terbuka dengan orang lain
ü Peserta
didik mampu menilai dirinya
ü Peserta
didik dapat mencari materi sendiri.
ü Peserta
didik dapat berkomunikasi dengan temannya
d) Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968)
merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang
dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap
mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau
situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
e) Moral
Moral berkaitan dengan perasaan
salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap
tindakan yang dilakukan diri sendiri.
B. Proses
Pembentukan Sikap
1. Pola
Pembiasaan
Belajar
membentuk sikap melalui pembiasan dilakukan oleh Watson dan Skinner. Dimana
proses pembentukan sikap melalui pembiasaan yang di lakukan oleh Watson
menekankan kepada cara belajar sikap tertentu terhadap suatu objek.
Sedangkan
skinner lebih menekankan pada proses peneguhan respon anak. Dimana setiap kali
anak menunjukan prestasi yang baik diberikan penguatan (reinforcement) dengan
cara memberikan hadiah atau perilaku
yang menyenangkan, lama-kelamaan anak berusaha meningkatkan sikap positifnya.
2. Modelling
Pembelajaran
sikap seseorang dapat juga dilakukan melalui proses medelling yaitu pembentukan
sikap melalui proses asimilasi dan proses mencontoh. Modeling merupakan proses
peniruan anak terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang
dihormatinya. Hal yang ditiru disini adalah perilaku yag diperagakan atau
didemonstrasikan oleh yang menjadi idolanya.
C. Model
Strategi Pembelajaran Sikap
1. Model
Konsiderasi
Model
ini dikembangkan oleh Mc. Paul, seorang humanis. Ia menganggap bahwa
pembentukan moral tidak sama dengan pengembangan kognitif yang rasional.
Pembelajaran moral siswa menurutnya adalah pembentukan kepribadian bukan
pengembangan intelektual. Jadi model ini menekankan kepada strategi
pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian yang tujuannya agar siswa menjadi
manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang lain.
Implementasi
model konsideransi guru dapat mengikuti tahap pembelajaran seperti
a. Menghadapkan
siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik, yang sering terjadi.
b. Menyuruh
siswa untuk menganalisis situasi masalah
c. Menyuruh
siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap permasalahan yang di hadapi
d. Mengajak
siswa untuk menganalisis respon orang lain serta membuat kategori dari setiap
respon yang diberikan siswa
e. Mendorong
siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap tindakan yang
diusulkan siswa.
f. Mengajak
siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang.
g. Mendorong
siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan
pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.
2. Model
pengembangan kognitif
Model
ini dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg, namun banyak diilhami oleh pemikiran
John Dewey dan Jean Piaget yang berpendapat bahwa perkembangan manusia terjadi
sebagai proses dari resrukturisasi kognitif yang berlangsung secara
berangsur-angsur menurut urutan tertentu.
Menurut
Kohlberg, moral manusia itu berkembang melalui tingkatan
a. Prakonvensional
Pada tingkat ini setiap
individu memandang moral berdasarkan kepentingan sendiri. Artinya, pertimbangan
moral didasarkan pada pandangannya secara individual tanpa menghiraukan rumusan
atau aturan yang di buat oleh masyarakat. Tingkat ini terdiri dari dua tahap
yaitu:
1. Orientasi
hukuman dan kepatuhan, dimana anak didasarkan kepada konsekuensi fisik yang
terjadi.
2. Orientasi
instrumental relatif, dimana perilaku anak didasarkan kepada rasa adil
berdasarkan aturan permainan yang telah disepakati.
b. Konvensional
Tahap ini anak
mendekati masalah didasarkan pada hubungan individu masyarakat. Tahapannya
yaitu:
3. Keselaran
interpersonal, ini di tandai dengan setiap perilaku yang ditampilkan individu
didorong oleh keinginan untuk memenuhi harapan orang lain
4. System
social dan kata hati, tahap ini perilaku individu bukan didasarkan pada
dorongan untuk memenuhi harapan orang lain yang dihormatinya.
c. Postkonvensional
Pada tingkat ini
perilaku bukan hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap norma-norma masyarakat
yang berlaku, akan tetapi didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan
nilai-nilai yang dimilikinya secara individu. Tahapanya yaitu:
5. Kontak
social, dimana perilaku individu didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang
diakui oleh masyarakat.
6. Prinsip
etis yang universal, dimana perilaku manusia didasarkan pada prinsip-prinsip
universal.
3. Teknik
mengklarifikasi nilai (VCT)
Ini
dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari
dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan
melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam iri siswa.
Kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap adalah proses
pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru menanamkan
nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memerhatikan nilai yang sudah tertanam
dalam diri siswa. Akibatnya sering terjadi konflik dalam diri siswa tersebut.
Karakteristik
vct adalah suatu model dalam strategi pembelajaran sikap adalah proses
penanaman nilai dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah ada
sebelumnya dalam diri siswa kemudian menyelaraskan dengan nilai-nilai baru yang
hendak ditanamkan.
Menurut
John Jarolimek(1974), langkah pembelajaran dengan vct adalah
a. Kebebasan
memilih
tahapannya yaitu:
1. Memilih
secara bebas
2. Memilih
dari berbagai altenatif
3. Memilih
setelah dilakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai
kibat pilihannya.
b. Menghargai
Tahapannya yaitu:
4. Bangga
akan nilai yang telah ia pilih
5. Menegaskan
nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum
c. Berbuat
Terdiri atas:
6. Kemauan
dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya
7. Menggulangi
perilaku sesuai dengan nilai pilihannya.
D. Kelebihan
dan Kelemahan dalam pembelajaran afektif
KELEBIHAN
a. Dalam
pelaksanaan pembelajaran afektif akan dapat Membentuk watak serta peradaban
Bangsa yang bermatabat.
b. Mengembangkan
potensi peserta didik dalam hal nilai dan sikap.
c. Menjadi sarana pembentukan manusia yang
beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab.
d. Peserta
didik akan lebih mengetahui mana yang hal yang baik dan mana yang tidak baik.
e. Peserta
didik akan mengetahui hal yang berguna atau berharga (sikap positif) dan tidak
berharga atau tidak berguna (sikap negatif).
f. Dengan
pelaksanaannya strategi pembelajaran afektif akan memperkuat karakter bangsa
indonesia, apalagi apabila diterapkan pada anak sejak dini.
g. Dengan
pelaksanaan pembelajaran afektif siswa dapat berperilaku sesuai dengan
pandangan yang di anggap baik dan tidak bertentangan dengan norma- norma yang
berlaku.
1. Kurikulum
yang berlaku selama ini cendrung diarahkan untuk pmbentukan intelektual
(kemampuan kognitif) dimana anak diarahkan kepada menguasai materi tanpa
memperhatikan peembentukan sikap dan moral.
2. Sulitnya
melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
sikap seseorang.
3. Keberhasilan
pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera, karena perubahan sikap
dilihat dalam rentang waktu yang cukup lama.
4. Pengaruh
kemampuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan aneka
pilihan program acara yang berdampak pada pembentukan karakter anak.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Nilai
merupakan nilai pada dasarnya standar perilaku, ukuran yang menentukan atau
kriteria seseorang tentang baik atau tidak baik, indah atau tidak indah, layak
dan tidak layak, dan sebagainya sehingga standar itu yang yang akan mewarnai
perilaku seseorang.
2. Pendidikan
nilai pada dasarnya proses penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan
oleh karenanya siswa dapat berprilaku sesuai dengan pandangan yang dianggapnya
baik dan tidak baik bertentngan dengan norma-norma yang berlaku.
3. Sikap
adalah suatu kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil
tindakan, lebih-lebih apabila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau
tersedia beeberapa alternative.
4. Proses
pembentukan sikap adalah pola pembiasaan dan modeling
5. Model
strategi pembelajaran sikap adalah model konsideransi, model pengembangan
kognitif, dan teknik mengklarifikasi nilai (vct).
B. SARAN
Dengan
keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki tentang Strategi Pembelajaran
Afktif, kami sebagai mahasiswi berharap dosen atau pembaca bisa memberikan
tambahan materi kepada penulis
DAFTRA
PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2008, Strategi Pembelajaran, Jakarta:
Kencana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar