Daftar Blog Saya

Rabu, 25 Desember 2013

makalah strategi pembelajaran


MAKALAH
STRATEGI PEMBELAJARAN
(Strategi Pembelajaran Afektif)




Kelompok 9
Fitria Wulandari 1101814/ 2011
Widiya Trisna 1101817/2011
Desi Stevani/ 1101818/ 2011
Rika Saputri  1101819/ 2011
Tiara Monika 1101820/ 2011


PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013

Kata Pengantar
      Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas segala rahmat dan karunia –nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang beerjudul Strategi Pembelajaran Afektif.Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntutan Tuhan yang maha esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini,penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang menbantu dalam pembuatan makalah ini.
       Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik secara materi maupun penulisannya. Namun demikian,tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang di miliki untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima kritikan dan saran, guna penyempurnaan makalah ini.
       Akhirnya,penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.


                                                                                                                                                     Penulis





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar  Belakang
B.     Tujuan
C.     Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A.    Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap
B.     Proses Pembentukan Sikap
C.     Model Strategi Pembelajaran Sikap
D.    Kesulitan dalam Pembelajaran Afktif
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Strategi pembelajaran afektif merupakan suatu metode dalam proses pembelajaran yang menekankan pada nilai dan sikap yang diukur, oleh karena itu menyangkut kesadaran seorang yang tumbuh dari dalam.Nilai merupakan suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya tersembunyi, tidak berada di dalam dunia yng empiris. Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak adil, dan sebagainya.dan semua pandangan itu tidak dapat di raba tapi hanya dapat mengetahuinya dari perilaku yang bersangkutan.
Sedangkan sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih apabila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedia beeberapa alternative.pernyataan kesenangan dan ketidaksenangan seseorang terhadap objek yang di hadapinya akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman (aspek kognitif) terhadap objek tersebut. karena tingkat penalaran (kognitif) terhadap suatu objek dan kemampuan untuk bertindak terhadap (psikomotor) turut menentukan sikap seseorang terhadap objek yang bersangkutan.

B.     Rumusan  Masalah
Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah :
1.      Apa pengertian nilai dan sikap ?
2.      Apa saja proses pembentukan sikap ?
3.      Apa saja model strategi pembelajaran sikap ?
4.      Apa saja kesulitan dalam pembelajaran afektif ?

C.     Tujuan
1.      Dapat mengetahui apa hakikat pendidikan nilai dan sikap
2.      Dapat mengetahui proses pembentukan sikap
3.      Dapat mengetahui model strategi pembelajaran sikap
4.      Dapat mengetahui apa saja kesulitan dalam pembelajaran afektif
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Pendidikan Nilai dan Sikap

Strategi pembelajaran afektif merupakan suatu metode dalam proses pembelajaran yang menekankan pada nilai dan sikap yang diukur, oleh karena itu menyangkut kesadaran seorang yang tumbuh dari dalam. Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya. Afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang di akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Nilai merupakan nilai pada dasarnya standar perilaku, ukuran yang menentukan atau kriteria seseorang tentang baik atau tidak baik, indah atau tidak indah, layak dan tidak layak, dan sebagainya sehingga standar itu yang yang akan mewarnai perilaku seseorang. Sedangkan pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan oleh karenanya siswa dapat berprilaku sesuai dengan pandangan yang dianggapnya baik dan tidak baik bertentngan dengan norma-norma yang berlaku.
Menurut Douglas Graham (Gulo, 2002) tentang faktor kepatuhan seseorang terhadap nilai yaitu:
1.      Normativist
biasanya kepatuhan pada norma-norma hukum. Dimana kepatuhan ini terdapat dalam tiga bentuk yaitu:
a)      kepatuhan pada nilai atau norma itu sendiri
b)      kepatuhan pada proses tanpa memedulikan normanya sendiri
c)      kepatuhan pada hasilnya atau tujuan yang di harapkannya dari peraturan itu.

2.      Integralist
Kepatuhn yang di dasarkan pada kesadaran dengan pertimbangan-pertimbangan yang rasional.
3.      Fenomenalist
Kepatuhan berdasarkan suara hati atau sekadar basa basi.
4.      Hedonist
Kepatuhan berdasarkan kepentingan iri sendiri.

Tipe Kepatuhan adalah
a.       Otoritarian
Kepatuhan tanpa reserve atau kepatuhan yang ikut-ikutan.
b.      Conformist
Tipe ini mmpunyai tiga bentuk yaitu:
1.      Conformist Directed, yaitu penyesuaian diri terhadap masyarakat atau orang lain.
2.      Conformist Hedonist, yaitu kepatuhan yang berorientasi pada untung rugi
3.      Conformist Integral, yaitu kepatuhan yang menyesuaikan kepentingan diri sendiri dengan kepentingan masyarakat.
c.       Compulsive deviant
Kepatuhan yang tidak konsisten
d.      Hedonik psikopatik
Kepatuhan pada kekayaan tanpa memperhitungkan kepentingan orang lain.
e.       Supramoralist
Kepatuhan karena keyakinan yang tinggi terhadap nilai-nilai moral.


Nilai bagi seseorang tidaklah statis, akan tetapi selalu berubah. Apabila seseorang menganggap nilai agama di atas segalanya, maka nilai-nilai yang lain akan bergantung pada nilai nilai agama itu. Dengan demikian sikap seseorang sangat tergantung pada system nilai yang dianggapnya paling benar dan keemudian mengendalikan sikap itu yang akan mengendalikan perilaku orang tersebut.
Komitmen seseorang terhadap suatu nilai tertentu terjadi melalui pembentukan sikap, yakini kecendrungan seseorang terhadap suatu objek. Jadi bisa dikatakan bahwa sikap itu adalah kecendrungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang dianggpnya baik atau tidak baik. Dengan demikian, belajar sikap berarti memperoleh kecendrungan untuk menerima atau menolak suaatu objek suatu objek berdasarkan penilaina terhadap objek itu sebagai hal yang positif dan negative. Menurut Winkel, 2004. Sikap adalah suatu kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih apabila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedia beeberapa alternative.
Pada dasarnya hakekat strategi pembelajaran afektif  adalah proses penamaan nilai-nilai yang positif pada peserta didik, yang diharapkan pada peserta didik tersebut mampu berbuat dan mempunyai pandangan yang dianggap tidak baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku artinya disini bahwa dalam strategi ini dituntut kesadaran dan kemauan bagi peserta didik untuk bisa mempunyai kepribadian baik, berprilaku yang sopan danbretindak sesuai dengan norma yang telah ditetapkan.

Karakteristik STA adalah :
a)      Sikap
Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik. Dengan demikian, belajar sikap berarti memperoleh kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna atau berharga (sikap positif) dan tidak berharga atau tidak berguna (sikap negatif).

b)      Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia, minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi.Penilaian minat dapat digunakan untuk:
a.       mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran
b.      mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya
c.        pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik
d.       menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas
e.        mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat sama
f.       acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi
g.       mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik
h.      bahan pertimbangan menentukan program sekolah
i.        meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

c)      Konsep diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri. Kelebihan dari penilaian diri adalah sebagai berikut :

ü  Pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan peserta didik.
ü  Peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai.
ü  Pernyataan yang dibuat sesuai dengan keinginan penanya
ü   Memberikan motivasi diri dalam hal penilaian kegiatan peserta didik.
ü  Peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran
ü  Dapat digunakan untuk acuan menyusun bahan ajar dan mengetahui standar input peserta didik.
ü  Peserta didik dapat mengukur kemampuan untuk mengikuti pembelajaran.
ü  Peserta didik dapat mengetahui ketuntasan belajarnya.
ü  Melatih kejujuran dan kemandirian peserta didik.
ü  Peserta didik mengetahui bagian yang harus diperbaiki.
ü  Peserta didik memahami kemampuan dirinya.
ü  Pendidik memperoleh masukan objektif tentang daya serap peserta didik.
ü  Mempermudah pendidik untuk melaksanakan remedial, hasilnya dapat untuk instropeksi pembelajaran yang dilakukan.
ü  Peserta didik belajar terbuka dengan orang lain
ü  Peserta didik mampu menilai dirinya
ü  Peserta didik dapat mencari materi sendiri.
ü  Peserta didik dapat berkomunikasi dengan temannya


d)     Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
e)      Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri.


B.     Proses Pembentukan Sikap
1.      Pola Pembiasaan
Belajar membentuk sikap melalui pembiasan dilakukan oleh Watson dan Skinner. Dimana proses pembentukan sikap melalui pembiasaan yang di lakukan oleh Watson menekankan kepada cara belajar sikap tertentu terhadap suatu objek.
Sedangkan skinner lebih menekankan pada proses peneguhan respon anak. Dimana setiap kali anak menunjukan prestasi yang baik diberikan penguatan (reinforcement) dengan cara memberikan hadiah  atau perilaku yang menyenangkan, lama-kelamaan anak berusaha meningkatkan sikap positifnya.
2.      Modelling
Pembelajaran sikap seseorang dapat juga dilakukan melalui proses medelling yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi dan proses mencontoh. Modeling merupakan proses peniruan anak terhadap orang lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya. Hal yang ditiru disini adalah perilaku yag diperagakan atau didemonstrasikan oleh yang menjadi idolanya.

C.     Model Strategi Pembelajaran Sikap
1.      Model Konsiderasi
Model ini dikembangkan oleh Mc. Paul, seorang humanis. Ia menganggap bahwa pembentukan moral tidak sama dengan pengembangan kognitif yang rasional. Pembelajaran moral siswa menurutnya adalah pembentukan kepribadian bukan pengembangan intelektual. Jadi model ini menekankan kepada strategi pembelajaran yang dapat membentuk kepribadian yang tujuannya agar siswa menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang lain.

Implementasi model konsideransi guru dapat mengikuti tahap pembelajaran seperti
a.       Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik, yang sering terjadi.
b.      Menyuruh siswa untuk menganalisis situasi masalah
c.       Menyuruh siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap permasalahan yang di hadapi
d.      Mengajak siswa untuk menganalisis respon orang lain serta membuat kategori dari setiap respon yang diberikan siswa
e.       Mendorong siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap tindakan yang diusulkan siswa.
f.       Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang.
g.      Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.


2.      Model pengembangan kognitif
Model ini dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg, namun banyak diilhami oleh pemikiran John Dewey dan Jean Piaget yang berpendapat bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari resrukturisasi kognitif yang berlangsung secara berangsur-angsur menurut urutan tertentu.
Menurut Kohlberg, moral manusia itu berkembang melalui tingkatan
a.       Prakonvensional
Pada tingkat ini setiap individu memandang moral berdasarkan kepentingan sendiri. Artinya, pertimbangan moral didasarkan pada pandangannya secara individual tanpa menghiraukan rumusan atau aturan yang di buat oleh masyarakat. Tingkat ini terdiri dari dua tahap yaitu:
1.      Orientasi hukuman dan kepatuhan, dimana anak didasarkan kepada konsekuensi fisik yang terjadi.
2.      Orientasi instrumental relatif, dimana perilaku anak didasarkan kepada rasa adil berdasarkan aturan permainan yang telah disepakati.
b.      Konvensional
Tahap ini anak mendekati masalah didasarkan pada hubungan individu masyarakat. Tahapannya yaitu:
3.      Keselaran interpersonal, ini di tandai dengan setiap perilaku yang ditampilkan individu didorong oleh keinginan untuk memenuhi harapan orang lain
4.      System social dan kata hati, tahap ini perilaku individu bukan didasarkan pada dorongan untuk memenuhi harapan orang lain yang dihormatinya.
c.       Postkonvensional
Pada tingkat ini perilaku bukan hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap norma-norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai-nilai yang dimilikinya secara individu. Tahapanya yaitu:
5.      Kontak social, dimana perilaku individu didasarkan pada kebenaran-kebenaran yang diakui oleh masyarakat.
6.      Prinsip etis yang universal, dimana perilaku manusia didasarkan pada prinsip-prinsip universal.

3.      Teknik mengklarifikasi nilai (VCT)
Ini dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam iri siswa. Kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau sikap adalah proses pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya guru menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memerhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri siswa. Akibatnya sering terjadi konflik dalam diri siswa tersebut.
Karakteristik vct adalah suatu model dalam strategi pembelajaran sikap adalah proses penanaman nilai dilakukan melalui proses analisis nilai yang sudah ada sebelumnya dalam diri siswa kemudian menyelaraskan dengan nilai-nilai baru yang hendak ditanamkan.
Menurut John Jarolimek(1974), langkah pembelajaran dengan vct adalah
a.       Kebebasan memilih
tahapannya yaitu:
1.      Memilih secara bebas
2.      Memilih dari berbagai altenatif
3.      Memilih setelah dilakukan analisis pertimbangan konsekuensi yang akan timbul sebagai kibat pilihannya.
b.      Menghargai
Tahapannya yaitu:
4.      Bangga akan nilai yang telah ia pilih
5.      Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum
c.       Berbuat
Terdiri atas:
6.      Kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya
7.      Menggulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya.

D.    Kelebihan dan Kelemahan dalam pembelajaran afektif

KELEBIHAN
a.       Dalam pelaksanaan pembelajaran afektif akan dapat Membentuk watak serta peradaban Bangsa yang bermatabat.
b.      Mengembangkan potensi peserta didik dalam hal nilai dan sikap.
c.        Menjadi sarana pembentukan manusia yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
d.      Peserta didik akan lebih mengetahui mana yang hal yang baik dan mana yang tidak baik.
e.       Peserta didik akan mengetahui hal yang berguna atau berharga (sikap positif) dan tidak berharga atau tidak berguna (sikap negatif).
f.       Dengan pelaksanaannya strategi pembelajaran afektif akan memperkuat karakter bangsa indonesia, apalagi apabila diterapkan pada anak sejak dini.
g.      Dengan pelaksanaan pembelajaran afektif siswa dapat berperilaku sesuai dengan pandangan yang di anggap baik dan tidak bertentangan dengan norma- norma yang berlaku.



KELEMAHAN
1.      Kurikulum yang berlaku selama ini cendrung diarahkan untuk pmbentukan intelektual (kemampuan kognitif) dimana anak diarahkan kepada menguasai materi tanpa memperhatikan peembentukan sikap dan moral.
2.      Sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang.
3.      Keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera, karena perubahan sikap dilihat dalam rentang waktu yang cukup lama.
4.      Pengaruh kemampuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang menyuguhkan aneka pilihan program acara yang berdampak pada pembentukan karakter anak.


















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
1.      Nilai merupakan nilai pada dasarnya standar perilaku, ukuran yang menentukan atau kriteria seseorang tentang baik atau tidak baik, indah atau tidak indah, layak dan tidak layak, dan sebagainya sehingga standar itu yang yang akan mewarnai perilaku seseorang.
2.      Pendidikan nilai pada dasarnya proses penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan oleh karenanya siswa dapat berprilaku sesuai dengan pandangan yang dianggapnya baik dan tidak baik bertentngan dengan norma-norma yang berlaku.
3.      Sikap adalah suatu kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih apabila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedia beeberapa alternative.
4.      Proses pembentukan sikap adalah pola pembiasaan dan modeling
5.      Model strategi pembelajaran sikap adalah model konsideransi, model pengembangan kognitif, dan teknik mengklarifikasi nilai (vct).

B.     SARAN
Dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki tentang Strategi Pembelajaran Afktif, kami sebagai mahasiswi berharap dosen atau pembaca bisa memberikan tambahan materi kepada penulis







DAFTRA PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2008, Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar