Daftar Blog Saya

Rabu, 27 Februari 2013

tugas kuliah TEORI ANTROPOLOGI


PARADIGMA DIFUSIONISME

Aliran jerman

Jerman bernama F. Graebner, dengan istilahnya yang disebut Kulturkreis atau wilayah kebudayaan. Kulturkreis adalah sekumpulan tempat di mana ditemukannya unsur-unsur yang sama, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Metode klasifikasi unsur-unsur kebudayaan ini ditulis dalam buku yang menjadi sangat terkenal berjudul Methode der Ethnologie. Melalui metode ini, akan tergambar penyebaran atau disfusi kebudayaan, sehingga mampu merekonstruksi sejarah penyebaran umat manusia di muka bumi pada masa yang lampau. Hal ini dikenal dengan nama Kulturhistorie.
Gracbner (1877-1934) melakukan penelitian dengan menyusun dan mengelompokkan benda-benda (artefak) berdasarkan persamaan bentuk. Metode klasifikasi ini kemudian disebut dengan Kultrukreis. Metode Kulturkreis ini kemudian dikembangkan untuk memetakan secara lebih global kebudayaan manusia. Meskipun pekerjaaan klasifikasi sangat rumit mengingat banyaknya kebudayaanyang tersebar di seluruh dunia, akan tetapi, kenyataan ini justru melahirkan sebuah cita-cita untuk untuk merekonstruksi Kulturhistoire umat manusia dengan harapan akan nampak kembali sejarah persebaran bangsa-bangsa di muka bumi.

metode genealogi dari W.H.R Rivers, seorang dokter dan psikolog yang ahirnya tertarik akan antropologi. Metodenya berupa sebuah metode wawancara dalam penelitian lapangan untuk mengetahui kehidupan suatu masyarakat. Rivers meyakini dalam metodenya ini, bahwa untuk mengetahui secara menyeluruh kehidupan suatu masyarakat, diperlukan bahan amat lengkap lewat wawancara mengenai asal-usul nenek moyang setiap individu untuk kemudian dianalisa dan disangkutpautkan dalam berbagai peristiwa.
Rivers melakukan ekspedisi penting untuk sebuah eksperimen mengenai hubungan antara kebudayaan-kebudayaan suku-suku bangsayang mendiami daerah-daerah di sekitar Selat Torres, Irian Selatan dan Australia Utara. Dalam penelitiannya, Rivers mengembangkan metode wawancarabaru yang dikenal dengan Genealogical Method, metode yang mengklasifikasi asal-asal individu, yang kemudian menjadi teknik utama para antropolog dalam melakukan penelitian di daerah. Rivers berhasil mengumpulkan banyak bahan mengenai sistem kemasyarakatan suku-suku bangsa tersebut.
Rivers juga melakukan penelitian pada suku bangsa Toda yang tinggal di propinsi Mysore di India Selatan dan kemudian menghasilkan buku The Todas (1906). Dalam penelitian tersebut, Rivers mendapat banyak bahan mengenai sistem kekerabatan orang Toda. Dengan membandingkan bahan tersebut dengan apayang diperolehnya di daerah Malanesia. Ia kemudian mengembangkan konsep baru mengenai sistem-sistem kekerabatan yang dimuat dalam buku Notes and Queries on Anthropoloy (1912

 Elliot Smith (1871-1937) dan W.J. Perry (1887-1949)yang mengemukakan teori-teori aneh. Teori aneh mereka misalnya tentang sejarah kebudayaan dunia bahwa pada zaman purbakala pernah terjadi suatu peristiwa difusiyang besar yang berpangkal di Mesir, yang bergerak ke arah timur, daerah sekitar Laut Tengah, Afrika, kemudian bergerak ke India, Indonesia, Polinesia, dan ke Amerika. Teor ini kemudian disebut dengan Heliolithic Theory.

Heliolithic Theory bagi Elliot dan Perry didasarkan pada unsur-unsur penting kebudayaan Mesir Kuno yang tersebar ke daerah luas, tampak pada bangunan-bangunan batu besar (megalith), unsur religiusitas yang berpusat pada penyembahan matahari, atau helios. Pendapat ini menyimpulkan bahwa kebudayaan Mesir menjadi induk dan kemudian tersebar secara acak dan berkembang ke seluruh daerah di dunia di sepanjang waktu perjalanannya.
Teori Heliolithik tersebut kemudian dipergunakan dalam suatu penelitian besar oleh Perry yang mencoba menelusuri peta penyebaran unsur-unsur kebudayaan serta sebab-sebab dari difusi tersebut. Dalam persebarannya dari Mesir ke arah Timur Tengah sampai ke Amerika tengah dan Selatan, yang tentu saja melewati Indonesia, karena keberadaan pulau-pulaunya yang terletak di tenagh. Hasil penelitian Perry tersebut dipublikasikan ke dalam buku yang menadi sangat populer The Children of the Sun (1923).


Heliolithic Theory secara konseptual dapat dipahami sebagai sebuah gagasan tentang kekuatan determinan sebuah budaya. Kekuatan determinasi tersebut tumbuh melalui kemampuannya untuk beradaptasi. Argumen sesungguhnya masih menjadi preposisi, bahwa kelestarian budaya tertentu menegaskan kemampuan beradaptasiyang lebih baik. Kaplan dan Manners juga mengemukakan, bahwa semakin tinggi taraf adaptasi suatu budaya, akan makin banyak struktur yang dikandungnya dan struktur-struktur

Koentjaraningrat menyimpulkan bahwa proses difusi tidak hanya dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain di muka bumi saja tetapi terutama sebagai suatu proses di mana unsur-unsur kebudayaan dibawa oleh individu-individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu-individu dari kebudayaan lain, maka terbukti bahwa tidak pernah terjadi difusi dari satu unsur kebudayaan. Unsur-unsur itu selalu berpindah-pindah sebagai suatu gabungan atau suatu kompleks yang tidak mudah dipisahkan.







Aliran amerika

Frans Boas kemudian menghasilkan murid-murid yang terkenal dalam dunia atropologi seperti Kroeber, Godenweiser, Linton, Ruth Benedict, Ruth Banzel, Herskovit, Spier dan Murdock.
Bagi Frans, persoalan pokok mengenai studi difusi bukanlah mengenai adanya kontak antara kebudayaan tetapi yang penting adalah adanya kontak menimbulkan efek dinamis bagi perubahan kebudayaan dengan segala masalahnya.
1. Studi deskrpitif merupakan pengantar terhadap studi analitis tentang proses
2. Studi difusi harus dikerjakan dengan metode induktif
3. Studi difusi harus dimulai dengan menyelidiki tentang hal khusus menuju ke masalah umum.
4. Pendekatan terhadap studi mengenai proses dinamis harus dilihat dan ditinjau secara psikologis dan diperhatikan pula kedudukan serta sifat individu untuk mendapatkan gambaran tentang realitas kebudayaan.
Boas mengemukakan konsep tentang marginal survival bahwa pertumbuhan kebudayaan menyebabkan timbulnya unsur-unsur yang akan mendesak unsur lama ke arah pinggir sekeliling daerah pusat pertumbuhan
Konsep mengenai marginal survival ini merupakan benih bagi berkembangnya konsep mengenai cultural area yang dilakukan oleh Clark Wissler (1877-1947). Suatu culture area menggolongkan ke dalam satu golongan berpuluh-puluh kebudayaan yang satu dengan yang lainnya berbeda, berdasarkan persamaan dari sejumlah ciri-ciri mencolok dalam berbagai kebudayaan. Ciri itu tidak hanya unsur-unsur material namun juga unsur yang lebih abstrak.
Difusi merupakan konsep dasar tentang adanya kecenderungan alami terjadinya persebaran manusia serta kebudayaan yang menyertainya. Selain itu, realitas keberagaman etnis dan ras menunjukkan adanya unsur orsinilitas (endegenous) dalam setiap kelompok masyarakat. Adanya perbedaan tersebut pada dasarnya merupakan sebuah konstruk alami dari adanya perbedaan gerak perubahan yang terjadi dalam masyarakat tersebut. Meskipun demikian, keberagaman budaya dalam perspektif yang lebaih luas justru terdapat unsur kesamaan bentuk budaya, bahkan yang secara geografis berjauhan. Hal ini telah menginspirasi para sarjana antropolog untuk mengkaji lebih jauh tentang adanya prinsip dasardari akar budaya yang dapat ditemui bahkan pada semua kelompok masyarakat.

            difusi menurut Kroeber menjelaskan tentang perubahan dalam suatu masyarakat dengan cara mencari asal atau ‘aslinya’ dalam masyarakatyang lain. Difusi pada tahapan yang ekstrim menekankan bahwa setiap pola tingkah laku atau unsur budaya yang baru itu tersebar dari satu sumber asli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar