Daftar Blog Saya

Senin, 18 Maret 2013

tugas AKI acc


Dinamika Masyarakat Dan Kebudayaan Konflik Dan Integrasi
A.    Definisi Konflik
Ditinjau dari aspek bahasa (etimologis), konflik berasal dari bahasa asing configure yang berarti saling memukul Konflik pada umunya merupakan suatu gejala sosial yang sering muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Suatu konflik (pertentangan) ini timbul karena adanya persaingan antar individu maupun antar kelompok, selain itu konflik bisa juga muncul karena adanya perbedaan emosi atau perbedaan pendapat antarorang-orang dalam suatu interaksi sosial. Oleh karenanya konflik merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihilangkan dalam suatu interaksi sosial, yang bisa dilakukan hanyalah meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari konflik itu sendiri. Menurut  Soerjono Soekanto konflik merupakan suatu pertentangan atau pertikaian. Apabila dijabarkankan secara lebih mendalam maka konflik adalah suatu proses sosial individu atau kelompok yang berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan, yang adakalanya disertai dengan ancaman dan kekerasan.
Pengertian menurut para ahli :
a.       Berstin, konflik merupakan suatu pertentangan atau perbedaan yang tidak dapat dicegah. Konflik ini mempunyai potensi yang memberikan pengaruh positif dan negatif dalam interaksi manusia.
b.      Robert M.Z. Lawang Menurut Lawang, konflik adalah perjuangan memperoleh status, nilai, kekuasaan, dimana tujuan mereka yang berkonflik tidak hanya memperoleh keuntungan, tapi juga untuk menundukkan saingannya.
c.       Ariyono Suyono Menurut Ariyono Suyono, konflik adalah proses atau keadaan dimana dua pihak berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing- masing disebabkan adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai ataupun tuntutan dari masing-masing pihak.
d.      James W. Vander Zanden Menurut Zanden dalam bukunya Sociology, konflik diartikan sebagai suatu pertentangan mengenai nilai atau tuntutan hak atas kekayaan, status atau wilayah tempat yang saling berhadapan, bertujuan untuk menetralkan, merugikan atau menyisihkan lawan mereka.

Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik berlangsung dengan melibatkan orang-orang atau kelompok-kelompok yang saling menentang dengan ancaman kekerasan. Dalam bentuk ekstrimnya. Konflik dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan hidup dan eksistensi. Konflik juga bertujuan sampai tahap pembahasan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai lawan atau saingannya.


Bentuk-bentuk Konflik :
a)      Konflik Pribadi Konflik pribadi adalah pertentangan-pertantangan yang terjadi antara orang-perorangan. Masalah yang menjadi dasar perlawanan konflik pribadi biasanya juga masalah pribadi. Bisanya hal itu terjadi karena diantara dua orang sudah tidak ada rasa simpati dan tidak lagi saling menyukai.
b)      Konflik Rasial Konflik rasial adalah pertentangan kelompok ras yang berbeda karena kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Konflik rasial umumnya terjadi karena salah satu ras merasa sebagai golongan yang paling unggul dan paling sempurna diantara ras yang lainnya.
c)      Konflik Politik Masalah politik merupakan aspek yang paling mudah untuk menyulut ketidaknyamanan atau ketidaktenangan dalam masyarakat. Masalah politik sering mengakibatkan konflik antar masyarakat. Konflik politik merupakan konflik yang menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat maupun diantara Negara-negara yang berdaulat.
d)     Konflik Antarkelas Sosial Merupakan pertentangan antara dua kelas sosial. Konflik itu terjadi umumnya dipicu oleh perbedaan kepentingan antara kedua golongan tersebut.
e)      Konflik Internasional Yaitu pertentangan yang melibatkan beberapa kelompok Negara (blok) karena perbedaan kepentingan
f)       Konflik Antarkelompok Konflik yang terjadi karena persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama atau karena pemaksaan unsur-unsur budaya asing.
Dampak terjadinya konflik :
Akibat Negatif Dari Konflik adalah pertama Goyang dan retaknya persatuan kelompok apabila terjadi konflik antargolongan dalam suatu kelompok, kedua menimbulkan dampak psikologis yang negatif, seperti perasaan tertekan sehingga menjadi siksaan terhadap mentalnya, stres, kehilangan rasa percaya diri, rasa frustasi, cemas dan takut. Hal ini dapat terjadi pada pribadi-pribadi individu yang tidak tahan menghadapi suatu konflik. Ketiga mematikan semangat kompetisi dalam masyarakat karena pribadi yang mendapat tekanan psikologis akibat konflik cenderung pasrah dan putus asa. Keempat. hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia. Hal tersebut terjadi apabila konflik telah mencapai pada tahap kekerasan, seperti perang, bentrok antar kelompok masyarakat, dan konflik antar suku bangsa. Dan yang terakhir munculnya akomodasi, dominasi, dan takhluknya salah satu pihak.
Akibat Positif Dari Konflik adalah, pertama bertambahnya solidaritas interen dan rasa in group suatu kelompok. Apabila terjadi pertentangan antar kelompok, solidaritas antar anggota masing-masing kelompok akan meningkat sekali. Solidaritas didalam suatu kelompok yang pada situasi normal sulit dikembangkan akan berlangsung meningkat pesat saat terjadinya konflik dengan pihak- pihak luar. Kedua, memudahkan kepribadian individu.
Hal itu terjadi apabila ada konflik- konflik antar kelompok. Individu-individu dalam tiap-tiap kelompok akan mengubah kepribadiannya untuk mengidentifikasikan dirinya secara penuh dengan kelompoknya.

Faktor penyebab konflik:
a.       Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang       merasa terhibur.
b.      Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan konflik. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan konflik.
c.       Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun atau ladang.

Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.



d.      Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan.  Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Secara ringkas dapat disimpulkan konflik bersumber pada :
a)      Ekonomi
b)      Kekuasaan
c)      Kehormatan

B.     Definisi integritas
Integrasi dalam masyarakat merupakan suatu keadaan yang dicita- citakan. Integrasi dalam masyarakat akan terwujud apabila seluruh anggota masyarakat mampu mengendalikan prasangka yang ada sehingga konflik dan dominasi golongan mayoritas terhadap minoritas tidak terjadi. Kata intregrasi merupakan terjemahan dari bahasa inggris intregration yang berarti keseluruhan atau kesempurnaan. Integrasi berarti juga proses pembauran hingga menjadi kesatuan yang utuh atau bulat. Intregrasi diri merupakan wujud dari diri seorang yang utuh, bulat, dan seimbang serta jujur dan dapat dipercaya.
Maurice Duverger (1881) memberikan definisi sebagai berikut: Integrasi adalah dibangunnya interdependensi yang lebih rapat antara bagian-bagian dari organisme hidup atau antara anggota-anggota di dalam masyrakat. Paul B. Hurton menyatakan bahwa integrasi merupakan suatu pengembangan masyrakat di mana segenap kelompok ras dan etnis mampu berperan serta secara bersama-sama dalam kehidupan budaya dan ekonomi. Dalam kehidupan bersama manusia, intregrasi selalu menjadi dambaan dan harapan.
Oleh karena itu, intregrasi diusahakan untuk tumbuh dan senantiasa dijaga kelangsungannya. Integrasi social adalah proses penyesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda yang ada dalam kehidupan sosial sehingga menghasilakn suatu pola kehidupan yang serasi fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Bentuk-bentuk integrasi :
a)      Integrasi Normatif Yaitu suatu bentuk integrasi yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
b)      Integrasi Fungsional Yaitu integrasi yang terbentuk karena adanya fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat Integrasi Koersif Yaitu integrasi yang terbentuk karena adanya kekuasaan pemimpin.

Problem Integrasi Bangsa

Di luar masalah pembangunan ekonomi, masalah serius yang dihadapi Republik Indonesia pada masa awal kemerdekaannya adalah masalah persatuan bangsa, atau integrasi nasional. Syukurlah setelah tahun 1969, Indonesia tampaknya seperti sudah berhasil melewati masa-masa kritis dalam persoalan-persoalan politiknya, sehingga dapat lebih berkonsentrasi kepada pembangunan ekonomi. Pemberontakan-pemberontakan besar dengan alas an kedaerahan, keagamaan, dan idiologi sudah berhasil dipadamkan. Sementara itu gerakan-gerakan perlawanan kecil dapat ditekan dengan gaya kepemimpinan kuat Soeharto.
Meskipun demikian, ini tidak berarti bahwa Indonsia sudah masuk ke dalam zaman kemapanan dalam bidang politik. Sewaktu-waktu, sebagian orang masih mengkhawatirkan sekam-sekam perpecahan politik akan kembali berkobar, lalu menghanguskan apa yang sudah dicapai selama ini. Persatuan bangsa masih tetap memerlukan pembinaan yang serius secara terus-menerus. Ketidakpuasan sebagian Orang Aceh, Orang Irian, Orang Timor Timur kepada cara Pemerintah Pusat dalam mengikutsertakan putra daerah dalam menjalankan pembangunan, misalnya, masih menjadi kerikil penganggu keamanan. Di Riau dan Kalimantan Timur, pengambilan porsi yang terlalu besar oleh Pemerintah Pusat atas devisa yang dihasilkan daerah-daerah tersebut masih menjadi buah mulut tokoh-tokoh daerah. Kegeraman buruh, petani kecil, dan penduduk miskin kota dalam melihat cara pemerintah memanjakan dan berpihak kepada pengusaha-pengusaha besar, khususnya dari kalangan non-pribumi, telah menimbulkan cetusan-cetusan unjuk rasa, ada yang dengan cara damai dan ada pula yang keras.




Keprihatinan partai-partai politik dalam melihat kolaborasi Golkar, ABRI, dan Birokrasi dalam usaha memenangkan pemilu makin hari semakin mendalam. Kritikan terhadap persekongkolan tidak sehat ini hilang saja tidak digubris. Sementara itu, peringatan orang-orang arif bijaksana dan rohaniwan tentang makin merosotnya moral masyarakat, makin maraknya perbuatan korupsi di kantor-kantor pemerintah, dan makin kentalnya suasana nepotisme dalam kehidupan bernegara, lenyap seperti batu tercampak ke lubuk.
Di atas hanyalah beberapa tanda-tanda tentang masih rentannya persatuan Indonesia secara politis. Singkatnya, integrasi nasional, khususnya secara politis, antara golongan yang memerintah dan golongan yang diperintah, dan secara ekonomis, antara golongan ekonomi kuat dan golomgam ekonomi lemah, masih tetap menjadi masalah serius dalam agenda kepolitikan Indonesia, dank arena itu perlu terus diperhatikan dan dicari jalan keluarnya. 


ü  Identifikasi penyatuan dalam kebudayaan
ü  Adanya consensus yang disepakati dan diikuti
ü  Ada nilai dan norma baru
 
 

Konflik sebagai Siklus :


























Rounded Rectangle: Disintegrasi





Rounded Rectangle: Konflik
Rounded Rectangle: Masyarakat




Rounded Rectangle: Integrasi






Oval: Bersatu dalam bentuk nation state
 





Kesepakatan/ konsensus dilanggar













Polemik Kebudayaan Dan Latar Belakang Terjadinya

Konsep polemik muncul pada dasawarsa 30-an. Berbagai tulisan mencoba membahas konsep tersebut dari berbagai perspektif. Sebagaian dari tulisan itu menyangkut permusyawaratan perguruan Indonesia di solo, tanggal 8-10 Juni 1935. Musyawarah tersebut diikuti oleh S.T. Alisjahbana, Sanusi Pane, Soetomo, Tjindarbumi, Adinegoro, Poerbatjacaraka, Ki hajar Dewantara dan lain-lain.
Alsjahbana berpendirian bahwa konsep sebenarnya baru timbul dan disadari pada abad ke-20 oleh generasi muda Indonesia yang berjiwa dan bersemangat keindonesiaan. Sebelumnya telah berkembang kebudayaan-kebudayaan suku bangsa di daeerah. Kemudian beliau menganjurkan agar generasi muda tidak terlampau tersangkut dalam masalah kedaerahan, sehingga bisa menciptakan suasana yang penuh dengan semangat nasionalisme. Alisjahbana mengungkapkan pentingnya unsur-unsur budaya barat dalam mengkreasikan kebudayaan Indonesia seperti teknologi, orientasi ekonomi, keterampilan beorganisasi secara luas dan ilmu pengetahuan. Dalam usaha membangun masyarakat Indonesia Raya, orang Indonesia mempertajam rasio akalnya dan mengambil alih dinamisme dari dunia barat. Pandangan di atas memang berorientasi ke materialisme, intelektualisme, dan indivisualisme. Sehingga memicu kecaman dari beragai pihak, Sanusi Pane mengatakan bahwa kebudayaan Indonesia sebagai kebudayaan timur harus mementingkan kerohanian, perasaan dan gotong royong. Oleh karena itu Pane tidak menyetujui gagasan dari Sjahbana. Apalagi, jika harus keluar dari kondisi pra Indonesia itu akan memutus sambungan mata rantai sejarah Indonesia itu sendiri.
Di sisi lain, Poebatjaraka menyarankan agar orang Indonesia banyak mempelajari sejarah dan sejarah kebudayaannya di masa lalu. Agar mampu menciptakan kebudayaan baru yang. Sedangkan Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa kebudayaan nasional itu merupakan puncak-puncak dari kebudayaan daerah. Polemik kebudayaan tidak hanya mempersoalkan kebudayaan nasional tetapi malah berpokok pada masalah pendidikan kebudayaan. Di sini terlihat seakan-akan ada dua persepsi. Yaitu :

a.       Persepsi yang mementingkan bagaimana kita dapat membuat generasi muda yang akan menjadi manusia Indonesia Baru itu bisa lebih cerdas pikiranya.
b.      Persepsi yang tidak berpangkal kepada gagasan mengenai sifat-sifat yang yang masih kurang pada bangsa Indonesia, tetapi member tekanan pada bagaimana seharusnya pendidikan nasional itu mementingkan pengembangan nilai budi yang luhur, perasaan yang halus, kesusilaan yang tinggi dan mentalitas suka berkorban, dan sebagainya.





Secara garis besar yang menjadi polemik dari kebudayaan Nasional Indonesia adalah:

1.      Rasa kedaerahan.
2.      Tidak adanya acuan yang jelas dalam menetapkan standar budaya nasional.
3.      Adanya perbedaan tokoh-tokoh cendikiawan Indonesia yang belum menemukan satu titik temu.


Mainstream Pemikiran dalam Polemik Kebudayaan Indonesia Raya

Mainstream dalam polemik ini adalah bagaimana caranya agar tercipta kebudayaan nasional Indonesia yang menyeluruh dan tidak menimbulkan sifat kedaerahan lagi. Sehingga mampu menunjang terbentuknya integrasi bangsa.

Dalam hal ini yang bisa menjadi mainstream atau pokok pemasalahan, yaitu:

1.      Masyarakat yang majemuk
2.      Masyarakat yang tersebar di wilayah yang relative luas
3.       Besarnya biaya untuk mengadakan penelitian yang mampu mencari ataupun menemukan unsure kebudayaan yang bisa disatukan menjadi kebudayaan nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar