Daftar Blog Saya

Minggu, 26 Mei 2013

tugas AKI



Telaah Tentang Konsep Nilai Budaya dan Mentalitas  & Sistem Nilai Budaya Koenjraningrat
Nilai adalah sesuatu yang berharga serta dihargai oleh masyarakat mengenai baik-buruk perilaku. Perilaku anggota masyarakat akan bernilai jika perilaku tersebut baik menurut budaya masyarakat itu, perilaku buruk yang bertentangan dengan budaya disebut tidak bernilai.
Budaya adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta dari keseluruhan hasil budi dan karyanya itu. Ada 3 wujud kebudayaan :
a.       Wujud ideel: lapisan yang paling abstrak dan luas ruang lingkupnya. Tingkat ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat.
b.      Wujud kelakuan: perbuatan, sikap, tindakan manusia yang telah dipikirkan namun dapat dilihat dari perilaku sehari-hari.
c.       Wujud fisik: berupa benda-benda kebudayaan yang telah dihasilkan oleh manusia. Seperti: lukisan, pakaian , komputer, mobil, rumah, candi, dll. Jenis fisik adalah yang dapat kita lihat, rasakan dan kita manfaatkan dari nilai guna benda tersebut.
Sistem nilai budaya atau cultural value system adalah konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian dari besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem nilai budaya seolah-olah berada di luar dan di atas diri para individu yang menjadi warga masyarakat yang bersangkutan.
Sejak kecil individu telah diresapi dengan nilai-nilai budaya yang hidup dalam masyarakat sehingga konsepsi-konsepsi itu  sejak lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itu sebabnya nilai-nilai budaya tadi sukar diganti dengan nilai-nilai budaya lain dalam waktu singkat. Contoh lain adalah ketika menjadi seorang tamu, baik dalam undangan pesta ataupun jamuan rumah, seorang tamu tidak akan langsung menyantap makan dan minuman yang telah disediakan oleh tuan rumah akan tetapi dia menunggu dipersilahkan dulu oleh tuan rumah untuk menikmati hidangannya. Hal ini terjadi karena di dalam pikiran orang Indonesia pada umumnya bahwa perilaku menikmati ataupum menyantap hidangan tanpa dipersilahkan dahulu dinilai kurang sopan dan tidak baik. Nilai-nilai tersebut sudah tertanam dari mulai proses sosialisasi, sehingga akan sulit berubah. Sampai saat sekarang ini nilai masih ada.Contoh yang lebih jelas yaitu sikap congkak dalam hal ini menghadapi orang lain yang berkedudukan sebagai bawahan. Kemudian sikap ini terpengaruh oleh nilai budaya yang menganggap mencapai kedudukan tinggi orang dapat dilayani oleh orang lain tetapi tidak usah melayani orang lain.
Konsep sikap mental (attitude) adalah suatu disposisi atau keadaan mental di dalam jiwa atau diri seorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya (lingkungan manusia/masyarakat, maupun alamiah/fisik). Walaupun berada di dalam diri seorang individu, sikap itu biasanya toh juga dipengaruhi oleh nilai budaya dan sering bersumber pada nilai budaya.

Mentalitas adalah keseluruhan dari isi serta kemampuan alam pikiran dan alam jiwa manusia dalam hal menanggapi lingkungannya. Lima kerangka sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan yang ada di dunia menurut “Kluckhohn” :
a)      Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (MH) : ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakekatnya suatu hal yang buruk dan menyedihkan, karena itu harus dihindari seperti agama Budha mengkonsespsikan hidup sebagai suatu hal yang buru.
b)      Masalah mengenai hakekat dari karya manusia (MK): ada kebudayaan yang memandang karya manusia hakekatnya bertujuan untuk memungkinkannya hidup, kebudayaan lain menganggap hakekat dari karya manusia itu memberikannya suatu kedudukan yang penuh kehormatan dalam masyarakat sedangkan yang laing menganggap sebagai suatu gerah hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
c)      Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia (MW): ada kebudayaan yang memandang penting dalam kehidupan manusia masa yang lampau. Orang akan mengambil pedoman dalam kelakuannya contoh-contoh kejadian dalam masa lampau. Kebudayaan-kebudayaan lain malah justru mementingkan pandangan yang berorientasi sejauh mungkin terhadap masa yang akan datang, perencanaan hidup menjadi amat penting.
d)     Masalah mengenai hakekat dai hubungan manusia (MA): ada kebudayaan yang memandang alam begitu dahsyat, sehingga manusia pada hakekatnya hanya bisa bersifat menyerah saja tanpa ada banyak yang diusahakannya. Sebaliknya ada kebudayaan lain yang memandang alam sebagai suatu hal yang dapat dilawan manusia dan mewajibkan manusia untuk selalu berusaha menaklukan alam. Kebudayaan lain lagi menganggap bahwa manusia itu hanya bisa berusaha mencari keselarasan dengan alam.
e)      Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia (MM): ada kebudayaan yang amat mementingkan hubungan vertikal antara manusia denga sesamanya (berpedoman pada tokoh pemimpin, orang senior, atau atasan). Kebudayaan lain mementingkan hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya, orang akan merasa tergantung sesamanya dan usaha untuk memelihara hubungan baik dengan tetangga.

ANTROPEND


Makalah
Antropologi pendidikan




Kelompok 2
Nama anggota:
1. Widiya Trisna   1101817
2. Risa Yumas   1101803
3. Fika Fertiwi   1101803
4. Nova Oktaviani
Universitas Negeri Padang
2013


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji Syukur atas kehadiran Allah SWT atas Rahmat dan Karunianya, saya dapat menyelesaikan makalah yang mana merupakan bahan diskusi kelompok dari perkuliahan  Antropologi Pendidikan  tentang kepribadian status.
Makalah ini saya kerjakan dengan mengambil referensi dari beberapa sumber,makalah  ini saya buat dan sepenuhnya belum mencapai kata kesempurnan.jadi saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar nantinya dapat membantu saya dalam pembuatan makalah berikutnya,serta terimakasih tidak  pula saya ucapkan kepada  Dosen pembimbing   yang telah  membimbing  saya selama pembuatan makalah  ini,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik pula.
Akhir kata saya mengucapkan terimakasih atas semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan Tugas ini, sehingga saya banyak mendapatkan pelajaran yang sangat berharga bagi saya dan teman-teman saya.mudah-mudahan dapat berguna nantinya amin.


Padang,    Februari  2013                                                                                                               


           Penulis




DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................         i
Daftar Isi.............................................................................................................................        ii
A.    Latar Belakang........................................................................................................        1
B.     Pembahasan.............................................................................................................        2
C.     Kesimpulan..............................................................................................................        3
Daftar Pustaka.....................................................................................................................       iii













BAB I

A.    Pengertian Kepribadian
Kepribadian menunjuk pada pengaturan sikap-sikap seseorang untuk berbuat, berpikir, dan merasakan, khususnya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan
Untuk memahami lebih jauh mengenai pengertian kepribadian, berikut ini definisi yang dipaparkan oleh beberapa ahli.
 M.A.W. Brower
Kepribadian adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan, dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.
Koentjaraningrat
Kepribadian adalah suatu susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seseorang.
Roucek dan Warren
Kepribadian adalah organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku seseorang. Dari pengertian yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat kita simpulkan secara sederhana bahwa yang dimaksud kepribadian ( personality ) merupakan ciri-ciri dan sifat-sifat khas yang mewakili sikap atau tabiat seseorang, yang mencakup polapola pemikiran dan perasaan, konsep diri, perangai, dan mentalitas yang umumnya sejalan dengan kebiasaan umum.
B.     Unsur-Unsur dalam Kepribadian
Kepribadian seseorang bersifat unik dan tidak ada duanya. Unsur-unsur yang memengaruhi kepribadian seseorang itu adalah pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri.

a. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang bersumber dari pola pikir yang rasional, yang berisi fantasi, pemahaman, dan pengalaman mengenai bermacam-macam hal yang diperolehnya dari lingkungan yang ada di sekitarnya. Semua itu direkam dalam otak dan sedikit demi sedikit diungkapkan dalam bentuk perilakunya di masyarakat.
b. Perasaan
Perasaan merupakan suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang menghasilkan penilaian positif atau negatif terhadap sesuatu atau peristiwa tertentu. Perasaan selalu bersifat subjektif, sehingga penilaian seseorang terhadap suatu hal atau kejadian akan berbeda dengan penilaian orang lain. Contohnya penilaian terhadap jam pelajaran yang kosong. Mungkin kamu menganggap sebagai hal yang tidak menyenangkan karena merasa rugi tidak memperoleh pelajaran. Lain halnya dengan penilaian temanmu yang menganggap sebagai hal yang menyenangkan. Perasaan mengisi penuh kesadaran manusia dalam hidupnya.
c. Dorongan Naluri
Dorongan naluri merupakan kemauan yang sudah menjadi naluri setiap manusia. Hal itu dimaksudkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup manusia, baik yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Sedikitnya ada tujuh macam dorongan naluri, yaitu untuk mempertahankan hidup, seksual, mencari makan, bergaul dan berinteraksi dengan sesama manusia, meniru tingkah laku sesamanya, berbakti, serta keindahan bentuk, warna, suara, dan gerak.
C. Faktor-Faktor yang Membentuk Kepribadian
Secara umum, perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu warisan biologis, warisan lingkungan alam, warisan sosial, pengalaman kelompok manusia, dan pengalaman unik.
a. Warisan Biologis (Heredity)
Warisan biologis memengaruhi kehidupan manusia dan setiap manusia mempunyai warisan biologis yang unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di dunia ini yang mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, bahkan anak kembar sekalipun. Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-tamahan, perilaku kompulsif (terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam membentuk kepemimpinan, pengendalian diri, dorongan hati, sikap, dan minat.
Warisan biologis yang terpenting terletak pada perbedaan intelegensi dan kematangan biologis. Keadaan ini membawa pengaruh pada kepribadian seseorang. Tetapi banyak ilmuwan berpendapat bahwa perkembangan potensi warisan biologis dipengaruhi oleh pengalaman sosial seseorang. Bakat memerlukan anjuran, pengajaran, dan latihan untuk mengembangkan diri melalui kehidupan bersama dengan manusia lainnya.
b. Warisan Lingkungan Alam (Natural Environment)
Perbedaan iklim, topografi, dan sumber daya alam menyebabkan manusia harus menyesuaikan diri terhadap alam. Melalui penyesuaian diri itu, dengan sendirinya pola perilaku masyarakat dan kebudayaannyapun dipengaruhi oleh alam. Misalnya orang yang hidup di pinggir pantai dengan mata pencaharian sebagai nelayan mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang yang tinggal di daerah pertanian. Mereka memiliki nada bicara yang lebih keras daripada orang-orang yang tinggal di daerah pertanian, karena harus menyamai dengan debur suara ombak. Hal itu terbawa dalam kehidupan sehari-hari dan telah menjadi kepribadiannya.
c. Warisan Sosial (Social Heritage) atau Kebudayaan
Kita tahu bahwa antara manusia, alam, dan kebudayaan mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling memengaruhi. Manusia berusaha untuk mengubah alam agar sesuai dengan kebudayaannya guna memenuhi kebutuhan hidup. Misalnya manusia membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Sementara itu kebudayaan memberikan andil yang besar dalam memberikan warna kepribadian anggota masyarakatnya.
d. Pengalaman Kelompok Manusia (Group Experiences)
Kehidupan manusia dipengaruhi oleh kelompoknya. Kelompok manusia, sadar atau tidak telah memengaruhi anggota-anggotanya, dan para anggotanya menyesuaikan diri terhadap kelompoknya. Setiap kelompok mewariskan pengalaman khas yang tidak diberikan oleh kelompok lain kepada anggotanya, sehingga timbullah kepribadian khas anggota masyarakat tersebut.
e. Pengalaman Unik ( Unique Experience )
Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain, walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian? Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal, namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.
Menurut Paul B. Horton, pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan tetapi menyatu. Pengalaman yang telah dilewati memberikan warna tersendiri dalam kepribadian dan menyatu dalam kepribadian itu, setelah itu baru hadir pengalaman berikutnya.
Selain kelima faktor pembentuk kepribadian yang telah kita bahas di atas, F.G. Robbins dalam Sumadi Suryabrata (2003), mengemukakan ada lima faktor yang menjadi dasar kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan individual, lingkungan, dan motivasi.
a. Sifat Dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi dari ayah dan ibunya. Dalam hal ini, Robbins lebih menekankan pada sifat biologis yang merupakan salah satu hal yang diwariskan dari orang tua kepada anaknya.
b. Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini individu mendapatkan pengaruh tidak langsung dari ibu. Maka dari itu, kondisi ibu sangat menentukan kondisi bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik secara fisik maupun secara psikis. Banyak peristiwa yang sudah ada membuktikan bahwa seorang ibu yang pada waktu mengandung mengalami tekanan psikis yang begitu hebatnya, biasanya pada saat proses kelahiran bayi ada gangguan atau dapat dikatakan tidak lancar.


c. Perbedaan Individual
Perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses sosialisasi sejak lahir. Anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik, berbeda dengan individu lainnya, dan bersikap selektif terhadap pengaruh dari lingkungan.
d. Lingkungan
Lingkungan meliputi segala kondisi yang ada di sekeliling individu yang memengaruhi proses sosialisasinya. Proses sosialisasi individu tersebut akan berpengaruh pada kepribadiannya.
e. Motivasi
Motivasi adalah dorongan-dorongan, baik yang datang dari dalam maupun luar individu sehingga menggerakkan individu untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Dorongandorongan inilah yang akan membentuk kepribadian individu sebagai warna dalam kehidupan bermasyarakat
C.    Teori Kepribadian Status
Ralph Linton adalah ilmuan yang handal dalam mensintesikan segala hal. Dalam kebudayaan ia  memberi wawasan luas dalam banyak hal, terutama dala bahasa budaya dan kepribadian. Salah satu pemikirannya tentang peran dan status.Ia membahas peran dalam formula fungsionalisme. Bagi banyak ilmuan, fungsionalisme mengandung makna tujuan dan aspek matematik yang memandang bahwa dua hal dapat berubah bersama.
 Namun dalam pandangan Linton, fungsionalisme  berasal dari fungsi yang merujuk pada interelasi individu-individu. Ia menyatakan ciri dari kebudayaan dapat dilihat dari empat hal, yaitu bentuk yang merujuk pada pengaturan pola perilaku, makna merujuk pada asosiasi yang dibubuhkan pada elemen budaya oleh anggota masyarakat –yang mungkin bersifat subjektif dan tak disadari, guna terkait pada guna perlakuan berdasar konteks kultural, dan fungsi. Ia membahas bahwa status terkait dengan struktur serta hak dan kewajiban seseorang dalam masyarakat. Peran merujuk pada aspek perilaku terkait status.
Linton menyatakan bahwa kepribadian secara primir adalah suatu konfigurasi dari respon –respon yang dikembangkan oleh individu sebagai hasil dari pengalamannya. Sedangkan pengalaman adalah akibat dari hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Ia menggambarkan bagaimana seorang guru memiliki tipikal. Dalam teorinya ia membagi budaya kedalam dua bidang yaitu:
·         Convert culture, yaitu kebudayaaan yang tidak tampak
·         Over  culture, yaitu kebudayaan yang tampak

        Dalam hidup di masyarakat ini manusia memiliki banyak status. Agar hidup di masyarakat mjd lbh efektif maka manusia perlu berkepribadian sesuai dg status yg sdg di embannya. Jadi kepribadian status ialah seperangkat kepribadian yg sesuai dg statusnya di masyarakat. Adakalanya kepribadian status tsb sesuai dg kepribadian aslinya, ttp ada pula yg bertentangan dg kepribadian aslinya. Seseorg yg berkepribadian ekstrovert sgt cocok utk jbtan menteri penerangan. Sedangkan yg berkepribadian introvert agak krg cocok.
            Kepribadian status yg tidak sesuai dg kepribadian aslinya maka dpt menimbulkan konflik batin (konflik internal dlm dirinya). Konflik internal yg berkepanjangan dpt menurunkan kesehatan mental (menurunnya kesejahteraan psikologis).
PROFESI GURU
Guru adalah guru diartikan sebagai orang yg pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam hal ini berarti guru itu adalah orang yang melakukan tindakan mengajar sebagai pekerjaannya, dengan kata lain dia mengajar dan mendapat imbalan dari kegiatan mengajar tersebut.
Dikatakan guru yang mahir adalah guru yang mampu untuk menundukkan hati mereka dan mempengaruhi mereka dengan baik sehingga ia dapat memerintah mereka dan berbicara dengan mereka. Maka dengan kepribadian itu memungkinkan untuk mengarahkan mereka pada jalan yang lurus.


Aspek kompetensi menurut Gordon dalm Mulyasa (2003: 39):
  1. Pengetahuan
  2. Pemahaman
  3. Kemampuan
  4. Nilai
  5. Sikap
  6. Minat

Kepribadian yang murni dan tulus merupakan syarat utama bagi seorang pendidik, mengingat peranan sebuah kepribadian sangat besar memengaruhi perkembangan peserta didik yang sedang belajar. Perlu pula kita ketahui bahwa pendidik itu bekerja melalui pribadinya, dalam pribadi yang santun akan melahirkan anak didik yang santun, begitu pula sebaliknya. Semua perilaku kita tiruan anak didik. Baik itu perilaku yang benar maupun perilaku yang salah, masyarakat member penilaian kepada anak didik dengan melihat kepribadian yang dimiliki oleh gurunya di sekolah.
Pengaruh pribadi terhadap perkembangan peserta didik dikatakan sebagai keteladanan. Lebih jauh dikatakan bahwa keteladanan ini cukup efektif memengaruhi perilaku peserta didik, baik di rumah, di dalam kursus, maupun di dalam organisasi sebab sebagian peserta didik cenderung meniru perilaku gurunya. Lebih-lebih dalam masyarakat sikap paternalis masih melekat kuat, peserta didik cenderung meniru orang-orang yang mereka idolakan atau orang-orang yang mereka kagumi termasuk para pendidik.
Dualisme pribadi yang ideal adalah kesimbangan antara apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan. Menurut Pidarta bahwa kepribadian pendidik atau guru tidak bertentangan dengan pribadi ketimuran atau budaya timur, khususnya yang biasa disebut dengan kepribadian Indonesia. Hal ini perlu disadari mengingat era globalisasi itu semakin membawa anak didik ke ruang-ruang yang lebih luas, agar peserta didik tidak mudah terperangkap oleh jebakan-jebakan yang berbau kenikmatan.
Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantap­an dan integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek Kompetensi Kepribadian ada­lah: Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.....
Jadi, kepribadian itu adalah modal yang harus dipupuk dan dibina secara terus menerus agar tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan.















DAFTAR PUSTAKA


ANTROPOLOGI PENDIDIKAN


WIDIYA TRISNA                                                                 
1101817/2011
HOME SCHOOLING
Menurut John Cadlwell Holt (Simbolon, 2008), filosofi berdirinya home schooling adalah manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar, kita tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya. Didorong oleh filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadi perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt menyatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri. Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor melakukan penelitian mengenai kecenderungan orang tua menyekolahkan anak lebih awal (early childhood education). Penelitian mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun bukan hanya tak efektif, tetapi sesungguhnya juga berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya anak-anak laki-laki karena keterlambatan kedewasaan mereka (Sumardiono dalam Simbolon, 2008).
Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas, kemudian Holt menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education dan Ways to Help People Do Things Better pada tahun 1976. Buku ini mendapat sambutan hangat dari para orangtua pendukung home schooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Growing Without Schooling. Serupa dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting home schooling. Setelah itu, home schooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan (beliefs), pertumbuhan home schooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.
Homeschooling dikenal juga dengan sebutan home-education atau sekolah rumah. Pada intinya homeschooling adalah sistem pendidikan atau pembelajaran alternatif selain sekolah. Metode belajar mengajar pada homeschooling menyenangkan karena dilakukan “di rumah”. Tapi sesungguhnya homeschooling bukan hanya terbatas dilakukan secara terus menerus di rumah, tapi situasi belajar kondusif yang dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dan anak bebas memilih pelajaran yang disukainya sehingga merasa nyaman seperti “di rumah”.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LAHIRNYA HOME SCHOOLING
  • Kegagalan Sekolah Formal
Kegagalan sekolah formal dalam menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik menjadi pemicu bagi keluarga-keluarga di Indonesia maupun di mancanegara untuk menyelenggarakan home schooling karena dinilai dapat menghasilkan pendidikan bermutu.
  • Sosok Home Schooling Terkenal
Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menjalani sekolah formal juga memicu munculnya home schooling. Misalnya Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, serta tokoh dalam negeri seperti K.H. Agus Salim dan Ki Hajar Dewantara.

  • Tersedianya Sarana Pendukung
Perkembangan home schooling ikut dipicu oleh perkembangan sarana dan fasilitas. Fasilitas itu antara lain fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audiovisual). Beberapa kondisi atau alasan yang melatarbelakangi beberapa orang tua memilih homeschooling:
  1. Agar hubungan antara orang tua dengan anak lebih dekat
  2. Karena orang tua tidak merasa puas dengan kualitas pendidikan formal
  3. Pergaulan sekolah yang tidak terlalu baik bagi keamanan dan perkembangan anak seperti tawuran dan mengkonsumsi obat terlarang
  4. Kurikulum sekolah yang terlalu tinggi tidak sesuai dengan kemampuan dan usia anak
  5. Tugas sekolah yang terlalu banyak menjadi beban bagi anak
  6. Anak pernah mengalami kekerasan di sekolah dari guru atau teman sebaya
  7. Penyeragaman kemampuan dan keterampilan anak di sekolah dapat mematikan bakat dan minat anak
  8. Anak berasal dari keluarga kurang mampu sementara biaya pendidikan formal semakin tinggi
  9. Pengangguran atau anak putus sekolah
  10. Orang tua banyak berpindah tempat tinggal
  11. Anak terlalu aktif dan sekolah terpaksa mengeluarkan anak karena guru mengalami kesulitan dalam mengontrol anak di kelas
  12. Anak memiliki kegiatan luar sekolah yang luar biasa sehingga tidak bisa mengikuti jadwal belajar di sekolah umum
  13. Anak tidak suka sekolah formal dan lebih menyukai gaya belajar informal
  14. Anak memiliki kebutuhan khusus dan sistem di sekolah umum tidak bisa memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan khusus anak.
KURIKULUM DAN MATERI PEMBELAJARAN HOME SCHOOLING
Kurikulum pembelajaran home schooling adalah kurikulum yang didesain sendiri namun tetap mengacu kepada kurikulum nasional. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Bryan Ray menunjukkan bahwa mayoritas home schoolers (71%) memilih sendiri materi pembelajaran dan kurikulum dari kurikulum yang tersedia, kemudian melakukan penyesuaian agar sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan keadaan keluarga. Selain itu, 24% diantaranya menggunakan paket kurikulum lengkap yang dibeli dari lembaga penyedia kurikulum dan materi ajar. Sekitar 3% menggunakan materi dari sekolah satelit (partner home schooling) atau program khusus yang dijalankan oleh sekolah swasta setempat.