TUGAS
PENELITIAN ETNOGRAFI
MAKNA
SAMBA MACO DALAM BARALEK BAGI
MASYARAKAT BATUBASA, KECAMATAN PARIANGAN
KABUPATEN
TANAH DATAR

WIDIYA
TRISNA
1101817/
2011
JURUSAN
SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2012
1.
Latar
balakang masalah
Kebudayaan
adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat
pendukungnya yang diperoleh dengan cara mempelajarinya. Merujuk pada pengertian
kebudayaan itu sendiri yang dikemukakan oleh Koenjtaraningrat bahwa kebudayaan
itu adalah keseluruhan sistem gagasan milik diri manusia dengan belajar.
Berbicara
soal kebudayaan di Indonesia tentunya sangat beragam, setiap daerah mempunyai
kekhasan yang berbeda tetapi tidaklah terlepas dari tujuh unsur kebudayaan yang
menjadi titik acuan adanya kebudayaan itu sendiri. Ketujuh unsur tersebut
meliputi: bahasa, sistem pengetahuan, sistem peralatan, organisasi sosial,
peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi dan
kesenian.
Kesenian
dapat diartikan sebagai sebuah hasil atau ungkapan perasaan manusia, hasil
rasa, karsa dan cinta manusia yang berhubungan dengan keindahan. Begitupun
dalam kehidupan sehari- hari kita sebagai masyarakat yang menganut kebudayan
tidak pernah luput dari keindahan (seni). Keindahan atau seni bisa terdapat dan
terwujud kedalam bentuk upacara- upacara adat. Salah satu upacara adat yang
lazim dan selalu ada dalam masyarakat yang berbudaya adalah upacara perkawinan.
Pada
masyarakat Minang, tata cara perkawinan dilakukan menurut syarak dan adat.
Perkawinan menurut syarak adalah pengucapan akad nikah disertai unsur- unsur
kelengkapannya, hal ini merupakan suatu yang sakral.
Sedangkan
menurut adat adalah berdasarkan peraturan atau ketentuan adat setempat yang
dianggap sebagai turunan dari nenek moyang mulai dari pakaian, tata rias, tata
pelaksanaan, hingga hidangan. Dalam hidangan acara perkawinan ada suatu hidangan
yang harus ada, sesuai dengan adat yang berlaku. Begitupun di nagari Batubasa
samba maco merupakan hidangan yang harus ada dalam baralek paling tidak
hidangan untuk ibu- ibu yang memasak
semua hidangan di dapur. Jika samba maco tidak ada, maka orang- orang akan
menanyakannya. Kemudian berkembanglah suatu isu ditengah masyarakat tentang
keluarga yang baralek.
Berangkat
dari fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji pentingnya
keberadaan samba maco dalam baralek di nagari Batubasa. Mengingat bahwasannya
tradisi atau kebiasaan ini merupakan warisan nenek moyang dan perlu dilestarikan
serta perlu diketahui oleh masyarakat luar selain rendang, gulai kambiang dan
lain sebagainya.
2.
Fokus
penelitian
Berdasarkan uraian
diatas rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
a. Mengapa
samba maco harus ada dan dipertanyakan kalau tidak ada ?
b. Sejauhmana
pengaruh samba maco dan bagaimana proses pembuatannya ?
3.
Tujuan
penelitian
Berdasarkan rumusan
masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk
mengetahui makna samba maco
b. Untuk
mengetahui pengaruh dan proses pembuatan samba maco.
4.
Mamfaat
penelitian
Secara
akademik penelitian ini bermamfaat untuk pengayaan studi dan pengembangan ilmu
pengetahuan tentang budaya daerah. Selain itu secara praktis diharapkan
penelitian ini bermamfaat dalam rangka mendokumentasikan salah satu budaya lokal
atau hidangan lokal. Hal ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian
sejenis dan mendalam dimasa yang akan datang.
5.
Metode
penelitian
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode observasi partisipasi, yaitu peneliti turun kelapangan dan
ikut terlibat membuat samba maco saat acara baralek, untuk mendapatkan
informasi lebih lanjut peneliti mewawancarai beberapa informan serta
mendokumentasikannya dengaan mengambil beberapa foto.
6.
Lokasi
penelitiaan
Secara
geografis, nagari Batubasa berada di Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar
Sumatera Barat. Dengan luas wilayah 1.376 Ha (75 Ha untuk permukiman), batas
wilayah nagari sebelah utara adalah nagari Pariangan, selatan berbatas dengan
nagari Galogandang, sebelah barat dengan Kecamatan Batipuh dan sebelah timur
berbatasan dengan nagari Tabek. Jumlah penduduk nagari batubasa adalah 3.823
jiwa. Mayoritas mata pencaharaian penduduk adalah petani dan buruh tani. Hal
ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu dan karena sebagian
masyarakat adalah petani maka menyebabkan minimnya tingkat pendidikan sehingga
masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan pekerjaan
lain selain petani, buruh tani, dan buruh pabrik. Agama penduduk nagari
batubasa adalah islam, sedangkan tingkat pendidikan masyarakat didominasi oleh
tamatan SD dan SLTP.
7.
Hasil
penelitiaan
Di
nagari Batubasa baralek merupakan suatu yang sangat dihargai dan mendapat
perhatian dimata masyarakat. Baralek biasanya dihadiri oleh sanak famili dan
orang satu suku yang di undang. Di Minang baralek itu bisa berupa baralek
sunnah rasul dan baralek perkawinan. Perkawinan adalah masa peralihan dari
status lajang menjadi menikah. Di nagari
Batubasa sama halnya dengan nagari lain di Minang, tata cara perkawinan
dilakukan secara adat dan syarak. Secara syarak
adalah pengucapan akad nikah disertai dengan unsur- unsur
kelengkapannya. Perkawinan merupakan suatu yang sangat sakral atau suci. Sedangkan
menurut adat adalah bagaimana tata pelaksanan itu diatur oleh adat istiadat
yang berlaku.
Dalam
acara perkawinan atau baralek tentu adanya hidangan- hidangan yang harus
disajikan saat tamu atau famili datang berkunjung sebagai wujud partisipasi
atas kesenangan keluarga yang baralek. Dari informasi yang peneliti dapat dari
informan bahwa hidangan yang tersaji saat baralek minimal tersedia tujuh macam,
baru acara baralek terasa lebih dari segi hidangan.
Salah
satu bagian dari hidangan dalam baralek
itu adalah samba maco, samba maco merupakan samba yang harus ada saat
baralek dan akan diperanyakan saat tidak ada. Samba maco sudah menjadi tradisi
dari nenek moyang sudah turun menurun. Makna samba maco itu sendiri dimata
masyarakat Batubasa adalah mengajarkan
kesederhanaan. Walau dari segi harga samba maco tergolong murah, tetapi
saat baralek tetap disejajarkan dengan rendang atau pun gulai kambiang yang dari segi harga tergolong mahal, intinya
saat baralek atau dalam kehidupan sehari hari samba maco tetap ada.
Kemudian
samba maco melambangkan kebersamaan, saat baralek semua undangan yang termasuk
golongan kelas atas, kelas menengah ataupun kelas bawah duduk bersama memakan
hidangan yang disajikan salah satunya yaitu samba maco. Disini terlihat
keakraban antar semua golongan karena saat makan bersama akan ada gurauan dan cengkrama ibu- ibu, sehingga
terbentuklah silaturrahmi yang baik.
Dalam
hidangan baralek, terdapat masakan yang berbeda beda dari segi jenis dan harga
yang berbeda pula, tapi dalam baralek semua masakan sama sama diihidangkan
dalam satu hidangan, hal ini menunjukan
semua masakan itu setara dan saling melengkapi satu sama lainnya.
Pembuatan
samba maco meliputi serangkaian proses, diantaranya yaitu:
a) Sediakan
bahan yang di butuhkan yaitu: ampas garutan kelapa, kerupuk talas, maco, minyak
goreng, cabe, bawaang merah, bawang putih, kunyit.
b) Haluskan
cabe dan bumbu yang lain secukupnya.
c) Ampas
garutan kelapa di aduk dengan bumbu yang telah dihaluskan hingga rata.
d) Goreng
kerupuk ubi atau kerupuk talas dan maco
e) Satukan
kerupuk dan maco yang telah digoreng dengan ampas garutan kelapa, aduk hingga
rata
f) Sajikan
Keberadaan
samba maco saat baralek adalah sesuatu yang diharuskan karena suatu tradisi adat
tidak bisa dilanggar begitu saja. Menurut informan, toleransi yang berlaku
apabila tidak ada samba maco adalah digantikan dengan samba bilih lado hijau.
Masakan ini terdiri dari bilih (ikan kecil yang hidup di danau atau air tawar),
terung, tahu atau tempe dengan polesan cabe hijau. Begitulah pandangan orang
nagari batubasa terhadap hidangan samba maco saat baralek.
8. Kesimpulan
Dari
penelitian yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa suatu tradisi dari
nenek moyang yang turun temurun dalam bentuk apapun harus dilestarikan karena
merupakan aset kekayaan kultur daerah kita sendiri, luasnya kultur budaya
daerah Indonesia sesuai dengan simbol bhineka tunggal ika. Salah satunya dari
segi masakan lokal dari nagari Batubasa yaitu samba maco.
Keberadaan
samba maco saat baralek di nagari Batubasa merupakan suatu yang di haruskan.
Samba maco itu sendiri mengandung makna kesederhanaan, kebersamaan dan status
samba maco sejajar dengan masakan lain kalau di tinjau dari segi haraganya. Dalam
acara baralek jika samba maco tidak ada maka toleransi yang diberikan adalah
dengan mengganti samba maco dengan samba bilih lado hijau.
LAMPIRAN

(gambar
1. Samba maco)


(gambar
2 dan 3. Kerupuk talas dan maco yang siap digoreng)

(gambar 4. Ibu- ibu yang sedang memasak)

(gambar 5. Peneliti
berfoto dengan informan saat memasak samba maco dalam acara baralek)

(gambar 6. Ibu- ibu yang sedang
memasak di dapur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar