Daftar Blog Saya

Minggu, 26 Mei 2013

etnografi (semester2)



TUGAS PENELITIAN ETNOGRAFI
MAKNA SAMBA MACO DALAM BARALEK BAGI MASYARAKAT BATUBASA, KECAMATAN PARIANGAN
KABUPATEN  TANAH  DATAR


WIDIYA TRISNA
1101817/ 2011



JURUSAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012


1.      Latar balakang masalah
Kebudayaan adalah warisan sosial yang hanya dapat dimiliki oleh warga masyarakat pendukungnya yang diperoleh dengan cara mempelajarinya. Merujuk pada pengertian kebudayaan itu sendiri yang dikemukakan oleh Koenjtaraningrat bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan sistem gagasan milik diri manusia dengan belajar.
Berbicara soal kebudayaan di Indonesia tentunya sangat beragam, setiap daerah mempunyai kekhasan yang berbeda tetapi tidaklah terlepas dari tujuh unsur kebudayaan yang menjadi titik acuan adanya kebudayaan itu sendiri. Ketujuh unsur tersebut meliputi: bahasa, sistem pengetahuan, sistem peralatan, organisasi sosial, peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi dan kesenian.
Kesenian dapat diartikan sebagai sebuah hasil atau ungkapan perasaan manusia, hasil rasa, karsa dan cinta manusia yang berhubungan dengan keindahan. Begitupun dalam kehidupan sehari- hari kita sebagai masyarakat yang menganut kebudayan tidak pernah luput dari keindahan (seni). Keindahan atau seni bisa terdapat dan terwujud kedalam bentuk upacara- upacara adat. Salah satu upacara adat yang lazim dan selalu ada dalam masyarakat yang berbudaya adalah upacara perkawinan.
Pada masyarakat Minang, tata cara perkawinan dilakukan menurut syarak dan adat. Perkawinan menurut syarak adalah pengucapan akad nikah disertai unsur- unsur kelengkapannya, hal ini merupakan suatu yang sakral.

Sedangkan menurut adat adalah berdasarkan peraturan atau ketentuan adat setempat yang dianggap sebagai turunan dari nenek moyang mulai dari pakaian, tata rias, tata pelaksanaan, hingga hidangan. Dalam hidangan acara perkawinan ada suatu hidangan yang harus ada, sesuai dengan adat yang berlaku. Begitupun di nagari Batubasa samba maco merupakan hidangan yang harus ada dalam baralek paling tidak hidangan  untuk ibu- ibu yang memasak semua hidangan di dapur. Jika samba maco tidak ada, maka orang- orang akan menanyakannya. Kemudian berkembanglah suatu isu ditengah masyarakat tentang keluarga yang baralek.
Berangkat dari fenomena diatas peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji pentingnya keberadaan samba maco dalam baralek di nagari Batubasa. Mengingat bahwasannya tradisi atau kebiasaan ini merupakan warisan nenek moyang dan perlu dilestarikan serta perlu diketahui oleh masyarakat luar selain rendang, gulai kambiang dan lain sebagainya.

2.      Fokus penelitian
Berdasarkan uraian diatas rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
a.       Mengapa samba maco harus ada dan dipertanyakan kalau tidak ada ?
b.      Sejauhmana pengaruh samba maco dan bagaimana proses pembuatannya ?




3.      Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah:
a.       Untuk mengetahui makna samba maco
b.      Untuk mengetahui pengaruh dan proses pembuatan samba maco.

4.      Mamfaat penelitian
Secara akademik penelitian ini bermamfaat untuk pengayaan studi dan pengembangan ilmu pengetahuan tentang budaya daerah. Selain itu secara praktis diharapkan penelitian ini bermamfaat dalam rangka mendokumentasikan salah satu budaya lokal atau hidangan lokal. Hal ini dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian sejenis dan mendalam dimasa yang akan datang.

5.      Metode penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi partisipasi, yaitu peneliti turun kelapangan dan ikut terlibat membuat samba maco saat acara baralek, untuk mendapatkan informasi lebih lanjut peneliti mewawancarai beberapa informan serta mendokumentasikannya dengaan mengambil beberapa foto.

6.      Lokasi penelitiaan
Secara geografis, nagari Batubasa berada di Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Dengan luas wilayah 1.376 Ha (75 Ha untuk permukiman), batas wilayah nagari sebelah utara adalah nagari Pariangan, selatan berbatas dengan nagari Galogandang, sebelah barat dengan Kecamatan Batipuh dan sebelah timur berbatasan dengan nagari Tabek. Jumlah penduduk nagari batubasa adalah 3.823 jiwa. Mayoritas mata pencaharaian penduduk adalah petani dan buruh tani. Hal ini disebabkan karena sudah turun temurun sejak dulu dan karena sebagian masyarakat adalah petani maka menyebabkan minimnya tingkat pendidikan sehingga masyarakat tidak punya keahlian lain dan akhirnya tidak punya pilihan pekerjaan lain selain petani, buruh tani, dan buruh pabrik. Agama penduduk nagari batubasa adalah islam, sedangkan tingkat pendidikan masyarakat didominasi oleh tamatan SD dan SLTP.

7.      Hasil penelitiaan
Di nagari Batubasa baralek merupakan suatu yang sangat dihargai dan mendapat perhatian dimata masyarakat. Baralek biasanya dihadiri oleh sanak famili dan orang satu suku yang di undang. Di Minang baralek itu bisa berupa baralek sunnah rasul dan baralek perkawinan. Perkawinan adalah masa peralihan dari status lajang menjadi menikah.  Di nagari Batubasa sama halnya dengan nagari lain di Minang, tata cara perkawinan dilakukan secara adat dan syarak. Secara syarak  adalah pengucapan akad nikah disertai dengan unsur- unsur kelengkapannya. Perkawinan merupakan suatu yang sangat sakral atau suci. Sedangkan menurut adat adalah bagaimana tata pelaksanan itu diatur oleh adat istiadat yang berlaku.


Dalam acara perkawinan atau baralek tentu adanya hidangan- hidangan yang harus disajikan saat tamu atau famili datang berkunjung sebagai wujud partisipasi atas kesenangan keluarga yang baralek. Dari informasi yang peneliti dapat dari informan bahwa hidangan yang tersaji saat baralek minimal tersedia tujuh macam, baru acara baralek terasa lebih dari segi hidangan.
Salah satu bagian dari hidangan dalam baralek  itu adalah samba maco, samba maco merupakan samba yang harus ada saat baralek dan akan diperanyakan saat tidak ada. Samba maco sudah menjadi tradisi dari nenek moyang sudah turun menurun. Makna samba maco itu sendiri dimata masyarakat Batubasa adalah mengajarkan  kesederhanaan. Walau dari segi harga samba maco tergolong murah, tetapi saat baralek tetap disejajarkan dengan rendang atau pun gulai kambiang  yang dari segi harga tergolong mahal, intinya saat baralek atau dalam kehidupan sehari hari samba maco tetap ada.
Kemudian samba maco melambangkan kebersamaan, saat baralek semua undangan yang termasuk golongan kelas atas, kelas menengah ataupun kelas bawah duduk bersama memakan hidangan yang disajikan salah satunya yaitu samba maco. Disini terlihat keakraban antar semua golongan karena saat makan bersama akan ada  gurauan dan cengkrama ibu- ibu, sehingga terbentuklah silaturrahmi yang baik.
Dalam hidangan baralek, terdapat masakan yang berbeda beda dari segi jenis dan harga yang berbeda pula, tapi dalam baralek semua masakan sama sama diihidangkan dalam satu hidangan, hal ini  menunjukan semua masakan itu setara dan saling melengkapi satu sama lainnya.

Pembuatan samba maco meliputi serangkaian proses, diantaranya yaitu:
a)      Sediakan bahan yang di butuhkan yaitu: ampas garutan kelapa, kerupuk talas, maco, minyak goreng, cabe, bawaang merah, bawang putih, kunyit.
b)      Haluskan cabe dan bumbu yang lain secukupnya.
c)      Ampas garutan kelapa di aduk dengan bumbu yang telah dihaluskan hingga rata.
d)     Goreng kerupuk ubi atau kerupuk talas dan maco
e)      Satukan kerupuk dan maco yang telah digoreng dengan ampas garutan kelapa, aduk hingga rata
f)       Sajikan

Keberadaan samba maco saat baralek adalah sesuatu yang diharuskan karena suatu tradisi adat tidak bisa dilanggar begitu saja. Menurut informan, toleransi yang berlaku apabila tidak ada samba maco adalah digantikan dengan samba bilih lado hijau. Masakan ini terdiri dari bilih (ikan kecil yang hidup di danau atau air tawar), terung, tahu atau tempe dengan polesan cabe hijau. Begitulah pandangan orang nagari batubasa terhadap hidangan samba maco saat baralek.





8.      Kesimpulan
Dari penelitian yang telah peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa suatu tradisi dari nenek moyang yang turun temurun dalam bentuk apapun harus dilestarikan karena merupakan aset kekayaan kultur daerah kita sendiri, luasnya kultur budaya daerah Indonesia sesuai dengan simbol bhineka tunggal ika. Salah satunya dari segi masakan lokal dari nagari Batubasa yaitu samba maco.
Keberadaan samba maco saat baralek di nagari Batubasa merupakan suatu yang di haruskan. Samba maco itu sendiri mengandung makna kesederhanaan, kebersamaan dan status samba maco sejajar dengan masakan lain kalau di tinjau dari segi haraganya. Dalam acara baralek jika samba maco tidak ada maka toleransi yang diberikan adalah dengan mengganti samba maco dengan samba bilih lado hijau.











LAMPIRAN
             
(gambar 1. Samba maco)
                  
(gambar 2 dan 3. Kerupuk talas dan maco yang siap digoreng)                    
                  
(gambar 4. Ibu- ibu yang sedang memasak)
(gambar 5. Peneliti berfoto dengan informan saat memasak samba maco dalam acara baralek)

(gambar 6. Ibu- ibu yang sedang memasak di dapur)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar