Daftar Blog Saya

Minggu, 26 Mei 2013

ANTROPOLOGI PENDIDIKAN


WIDIYA TRISNA                                                                 
1101817/2011
HOME SCHOOLING
Menurut John Cadlwell Holt (Simbolon, 2008), filosofi berdirinya home schooling adalah manusia pada dasarnya makhluk belajar dan senang belajar, kita tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya. Didorong oleh filosofi tersebut, pada tahun 1960-an terjadi perbincangan dan perdebatan luas mengenai pendidikan sekolah dan sistem sekolah. Sebagai guru dan pengamat anak dan pendidikan, Holt menyatakan bahwa kegagalan akademis pada siswa tidak ditentukan oleh kurangnya usaha pada sistem sekolah, tetapi disebabkan oleh sistem sekolah itu sendiri. Pada waktu yang hampir bersamaan, akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an, Ray dan Dorothy Moor melakukan penelitian mengenai kecenderungan orang tua menyekolahkan anak lebih awal (early childhood education). Penelitian mereka menunjukkan bahwa memasukkan anak-anak pada sekolah formal sebelum usia 8-12 tahun bukan hanya tak efektif, tetapi sesungguhnya juga berakibat buruk bagi anak-anak, khususnya anak-anak laki-laki karena keterlambatan kedewasaan mereka (Sumardiono dalam Simbolon, 2008).
Setelah pemikirannya tentang kegagalan sistem sekolah mendapat tanggapan luas, kemudian Holt menerbitkan karyanya yang lain Instead of Education dan Ways to Help People Do Things Better pada tahun 1976. Buku ini mendapat sambutan hangat dari para orangtua pendukung home schooling di berbagai penjuru Amerika Serikat. Pada tahun 1977, Holt menerbitkan majalah untuk pendidikan di rumah yang diberi nama Growing Without Schooling. Serupa dengan Holt, Ray dan Dorothy Moore kemudian menjadi pendukung dan konsultan penting home schooling. Setelah itu, home schooling terus berkembang dengan berbagai alasan. Selain karena alasan keyakinan (beliefs), pertumbuhan home schooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah formal.
Homeschooling dikenal juga dengan sebutan home-education atau sekolah rumah. Pada intinya homeschooling adalah sistem pendidikan atau pembelajaran alternatif selain sekolah. Metode belajar mengajar pada homeschooling menyenangkan karena dilakukan “di rumah”. Tapi sesungguhnya homeschooling bukan hanya terbatas dilakukan secara terus menerus di rumah, tapi situasi belajar kondusif yang dapat dilakukan dimana saja, kapan saja, dan anak bebas memilih pelajaran yang disukainya sehingga merasa nyaman seperti “di rumah”.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB LAHIRNYA HOME SCHOOLING
  • Kegagalan Sekolah Formal
Kegagalan sekolah formal dalam menghasilkan mutu pendidikan yang lebih baik menjadi pemicu bagi keluarga-keluarga di Indonesia maupun di mancanegara untuk menyelenggarakan home schooling karena dinilai dapat menghasilkan pendidikan bermutu.
  • Sosok Home Schooling Terkenal
Banyaknya tokoh-tokoh penting dunia yang bisa berhasil dalam hidupnya tanpa menjalani sekolah formal juga memicu munculnya home schooling. Misalnya Benyamin Franklin, Thomas Alfa Edison, serta tokoh dalam negeri seperti K.H. Agus Salim dan Ki Hajar Dewantara.

  • Tersedianya Sarana Pendukung
Perkembangan home schooling ikut dipicu oleh perkembangan sarana dan fasilitas. Fasilitas itu antara lain fasilitas pendidikan (perpustakaan, museum, lembaga penelitian), fasilitas umum (taman, stasiun, jalan raya), fasilitas sosial (taman, panti asuhan, rumah sakit), fasilitas bisnis (mall, pameran, restoran, pabrik, sawah, perkebunan), dan fasilitas teknologi dan informasi (internet dan audiovisual). Beberapa kondisi atau alasan yang melatarbelakangi beberapa orang tua memilih homeschooling:
  1. Agar hubungan antara orang tua dengan anak lebih dekat
  2. Karena orang tua tidak merasa puas dengan kualitas pendidikan formal
  3. Pergaulan sekolah yang tidak terlalu baik bagi keamanan dan perkembangan anak seperti tawuran dan mengkonsumsi obat terlarang
  4. Kurikulum sekolah yang terlalu tinggi tidak sesuai dengan kemampuan dan usia anak
  5. Tugas sekolah yang terlalu banyak menjadi beban bagi anak
  6. Anak pernah mengalami kekerasan di sekolah dari guru atau teman sebaya
  7. Penyeragaman kemampuan dan keterampilan anak di sekolah dapat mematikan bakat dan minat anak
  8. Anak berasal dari keluarga kurang mampu sementara biaya pendidikan formal semakin tinggi
  9. Pengangguran atau anak putus sekolah
  10. Orang tua banyak berpindah tempat tinggal
  11. Anak terlalu aktif dan sekolah terpaksa mengeluarkan anak karena guru mengalami kesulitan dalam mengontrol anak di kelas
  12. Anak memiliki kegiatan luar sekolah yang luar biasa sehingga tidak bisa mengikuti jadwal belajar di sekolah umum
  13. Anak tidak suka sekolah formal dan lebih menyukai gaya belajar informal
  14. Anak memiliki kebutuhan khusus dan sistem di sekolah umum tidak bisa memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan khusus anak.
KURIKULUM DAN MATERI PEMBELAJARAN HOME SCHOOLING
Kurikulum pembelajaran home schooling adalah kurikulum yang didesain sendiri namun tetap mengacu kepada kurikulum nasional. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Bryan Ray menunjukkan bahwa mayoritas home schoolers (71%) memilih sendiri materi pembelajaran dan kurikulum dari kurikulum yang tersedia, kemudian melakukan penyesuaian agar sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan keadaan keluarga. Selain itu, 24% diantaranya menggunakan paket kurikulum lengkap yang dibeli dari lembaga penyedia kurikulum dan materi ajar. Sekitar 3% menggunakan materi dari sekolah satelit (partner home schooling) atau program khusus yang dijalankan oleh sekolah swasta setempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar